Powered By Blogger
Powered By Blogger

Kamis, 23 Maret 2017

Generasi dan Masa Depan Indonesia




Jarman Al Kindy 
(Sekbid Pengembangan Anggota HIPMOSRA)

Mirisnya generasi hari ini, sangat berbeda dengan generasi-generasi  masa dulu. Letak perbedaan yang sangat mecolok yakni terdapat pada fakta yang menunjukan bahwa generasi masa dulu sangat menjunjung tinggi nilai pendidikan dan sosial. Sehingga tak mengherankan bila,  banyak generasi-generasi masa silam yang menempuh pendidikan di dalam negeri maupun di luar negeri,  dan kemudian menjadi emas buat bangsanya sendiri. Lihatlah Bung Hatta yang berselancar pendidikan di Belanda, dan pasca pendidikan beliau bersama Bung Karno berhasil menjadi sang dwi tunggal kemerdekaan. Hal itu dikarenakan faktor menjunjung tinggi nilai pendidikan dan sosial yang baik. Alih-alih mengatakan jikalau saja kita melihat SDM, pada masa dulu sangatlah minim di bandingkan masa kini. Realita yang tak terbantahkan bahwa di masa dulu yang menempuh pendidikan hanyalah kalangan bangsawan atau turunan orang yang mampu. Sedangkan mereka yang terkategori golongan-golongan orang yang tidak mampu dan terklasifikasi dalam kelompok ekonomi lemah sulit memperoleh pendidikan. Berbagai ikhtiar dilakukan untuk menyekolahkan anak-anaknya, agar kelak menjadi cerah di masa depannya. Fakta lain menunjukan bahwa fasilitas dimasa itu, berbeda jauh dengan sekarang. Tapi orang-orang dulu dengan semangat yang membara akan pendidikan, meskipun kurang fasilitas yang memadai, mereka tetap semangat dan tidak turun semangatnya walaupn sedikit, bak obor yang selalu nyala meski diterpa badai sekalipun.

Tapi zaman sekarang sangat berbeda jauh di bandingkan masa-masa silam. Adanya Teknologi yang mempercepat untuk segala hal, baik perjalanan, komunikasi, pembangunan dan lain sebagainya. Hal ini yang membuat generasi sekarang disibukkan dan terlena dengan maju kembangnya teknologi. Sehingga boleh dikatakan bahwa tekhnologi berhasil membuat manja para generasi hari ini. Teknologi mempunyai banyak dampak positif dan pula dampak negatif. Dampak negatif ini yang lebih cenderung melibatkan generasi-generasi muda terlena dan kurang beradab, serta miskin etika di lingkungan social kemasyarakatan. Harapannya, perkembangan teknologi ini akan menjadikan generasi pandai dalam proses belajar. Karena ketika kita disibukkan dengan tugas sekolah, kita dengan mudah mengakses berbagai situs ilmu pengetahuan di internet untuk dijadikan bahan  rujukan atau referensi buat tugas-tugas sekolah. Namun fakta menunjukan berbanding terbalik, minat baca yang diperoleh sangatlah minim, bahkan fakta minat baca Indonesia pada saat ini hanya 0,01 %. Berarti diantara 1000 orang hanya 1 orang yang mempunyai minat baca tinggi. Kita terlalu disibukkan dengan berbagai aktivitas medsos misalnya Facebook, twitter, bbm, WA chat, Instagram, Line dan lain-lain. Era digital, Jika tidak difungsikan dengan baik berupa medsos tersebut, maka itulah Yang menjadi faktor penghambat buat minat baca buku. Inilah yang kita namakan bencana cyber atau bencana tekhnologi. Kita lebih mementingkan membaca status facebook yang tidak jelas dan mengupload foto-foto selfi tak bermanfaat daripada membaca buku atau berita-berita penting. Naudzubillah!

Padahal, Badan Pusat Statistik (BPS) telah memprediksikan bahwa Indonesia akan mendapatkan Bonus Demografi dalam rentang tahun 2020-2030. Bonus demografi yaitu hadiah yang Tuhan berikan dengan jumlah angka produktif (usia 15-64 tahun) lebih tinggi dibandingkan dengan angka non produktif (0-14 tahun dan 65 tahun keatas). Dalam rentang tahun 2020-2030 menurut berbagai riset dan statistik, Indonesia akan mendapatkan keuntungan pertumbuhan usia produktif sebesar 70% dan non produktif hanya 30%. Kalau dihitung dari populasi perkembangan manusia angka produktif sangatlah tinggi.


Bonus demografi atau Peluang emas ini jika tidak difungsikan dengan baik, maka akan menimbulkan musibah Demografi. Itulah mengapa pemerintah Indonesia mempersiapkan banyak beasiswa yang diperuntukkan di sekolah-sekolah atau perguruan tinggi. Salah satu tujuannya yaitu meningkatkan SDM Indoensia yang berkualitas dalam menghadapi peluang bonus demografi di tahun 2020-2030 mendatang. Jika ini bisa termanfaatkan dengan baik, maka kita melihat negara kita akan running untuk sejajar dengan negara-negara maju, dalam sektor pendidikan dan SDM. Sangat disayangkan jika hari ini, kita tidak mempersiapkan diri untuk peluang bonus demografi. Belum lagi hari ini kita sedang diperhadapkan dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), yaitu dengan membentuk perdagangan bebas atau free trade antara negara-nerala lain. Jika kita tak mampu mengimbangi arus ini, maka kedepan kita akan melihat fakta yang sangat memilukan untuk bangsa Indonesia. Generasi Indonesia menjadi menjadi kuli di negeri sendiri, demikian kata Bapak Proklamator kita Bung Karno. Tetapi jika generasi mulai sekarang mempersiapkan dengan baik. Di masa mendatang,negara Indonesia akan menjadi negara yang patut diperhitungkan di kancah ASIA bahkan Indonesia akan tampil di panggung peradaban dunia.  Amiin.


Penulis: Jarman Al Kindy
(Siswa SMKN 2 Kendari)
(Sekretaris Bidang Pegembangan Anggota HIPMMOSRA)
(Sekretaris Bidang Informasi dan Komunikasi KOMPAS)

Jumat, 11 November 2016

ALUMNI CERDAS SULTRAKU : TERIMA KASIH BAPAK DR.H.NUR ALAM, M.Si
Terlepas dari ditetapkannya Gubernur Sulawesi Tenggara, Dr.H. Nur Alam, M.Si sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus penyalahgunaan wewenang dalam pemberian izin pertambangan nikel di dua kabupaten di Sultra selama 2009 hingga 2014, kami sebagai  Alumni Cerdas Sultraku masih memposisikan Beliau sebagai figur Bapak Pendidikan Sultra. Salah satu program pendidikan yang Beliau lakukan adalah restorasi pendidikan dalam hal pengiriman mahasiswa besar-besaran dalam skala ribuan untuk menuntut pendidikan yang biasa dikenal dengan program Beasiswa “Cerdas Sultraku”. Program beasiswa Cerdas Sultraku merupakan program kerja sama bidang pendidikan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota se-Sulawesi Tenggara bersama institusi Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang. Program ini berlangsung selama 3 tahun dimulai dari tahun 2011 sampai tahun 2013.
Berkat Bapak Dr. H. Nur Alam, M.Si yang meluncurkan program Cerdas Sultraku, sebagian besar anak-anak Sulawesi Tenggara yang berasal dari kalangan ekonomi lemah bisa ikut meraih mimpinya dengan mengenyam pendidikan di Tanah Jawa. Mereka adalah anak-anak Sultra yang jikalau tidak ada beasiswa ini maka terpaksa harus ikut menganggur dikarenakan kondisi ekonomi orang tua yang masih berada dibawah garis kemiskinan. Ucapan terima kasih dan rasa syukur kepada Bapak Gubernur Sulawesi Tenggara, H. Nur Alam, M.Si yang telah menginisiasi program beasiswa ini.
Putra-putri Sulawesi Tenggara yang dibawa ke Unissula, satu persatu kini telah mewarnai kampus tersebut dengan segudang prestasi. Laode M Idris asal Buton Selatan adalah salah satu contohnya yang berhasil memenangkan Kontest Robot Internasional (KRI) di Amerika Serikat. Muh Iksan Sanusi (Kendari), Wardi (Bau-Bau), dan Slamet Setioboro(Kolaka), adalah deretan tiga nama yang didaulat sebagai Mahasiswa Berpestasi (Mawapres) Unissula pada tiga tahun berturut-turut. Di aspek keorganisasian ada pula Muh Dias Saktiawan asal Konawe, sebagai Ketua BEM – Perguruan Tinggi Unissula. Beberapa organisasi ekstra kampus Unissula pun kini banyak dipimpin oleh mahasiswa-mahasiswa asal Sulawesi Tenggara, mulai dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Gema Pembebasan, PMII, dan SMI. Dan masih banyak lagi deretan prestasi-prestasi lain yang diraih mahasiswa asal Sulawesi Tenggara di Unissula.
Tentu niatan membangun Sulawesi Tenggara oleh bapak Dr. Nur Alam, M.Si dengan melakukan restorasi pendidikan untuk melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas tidak hanya mencari sensasi dan menaikan elektabilitas beliau di Sultra, tetapi niatan ini sangat terinspirasi besar dari majunya negara-negara besar dunia. Sebut saja Jepang dengan restorasi Meiji-nya, China dengan Deng Xiaoping-nya, Korea Selatan dengan Park Chung Hee-nya, India dengan Rajiv Gandhi-nya, dan Malaysia dengan Tun Razak-nya. Deretan negara-negara tersebut kini telah menjadi negara besar dan tersegani dunia. Dan rahasia besar dari kemajuan beberapa negara tersebut adalah terletak pada pemimpinnya yang memfokuskan pada pembangunan Sumber Daya Manusia. Begitu pula ternyata yang dilakukan oleh Prof Amiruddin, mantan rektor Universitas Hasanudin yang menjadi Gubernur Sulawesi Selatan. Maka tak heran ketika kita melihat Sulawesi Selatan hari ini menjadi maju dan disebut-sebut sebagai ikonnya Indonesia Timur. Hal demikian pula sebenarnya yang diinginkan oleh Bapak H. Nur Alam untuk membangun Sulawesi Tenggara dengan membangun Sumber Daya Manusianya terlebih dahulu, sehingga kelak kita akan melihat Sulawesi Tenggara yang akan siap lepas landas menjadi daerah maju yang patut diperhitungkan di Indonesia.

Penulis merupakan Alumni Cerdas Sultraku asal Konkep dan Alumni HMI Cabang Semarang


Rabu, 04 Mei 2016

LDK HIMATIKA UNISSULA

Dalam rangka reorganisasi kepengurusan HIMATIKA (HMJ-Matematika) UNISSULA periode 2012-2013 yang akan berakhir pada bulan juni 2013, HIMATIKA dengan mengatasnamakan Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika menggelar Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) yang diadakan pada 20-21 April 2013 bertempat di Panti Asuhan Al-Mustaghfirin, Bangetayu, Semarang. 
Kegiatan yang bertemakan “Mencetak Kader Intelektual Profetik Berjiwa Pemimpin” ini mendatangkan beberapa pemateri yang dianggap profesional dibidangnya. Mater-materi yang diberikan yaitu Leadership yang dibawakan oleh Bapak Nuridin S.Ag,M.Pd, Public Speaking oleh Bapak Yuan Syahputra, S.T, Problem Solving oleh Bapak Andhika Yuli Rimbawan,S.H,M.H, Dasar-Dasar Manajemen oleh Ibu Dyana Wijayanti, S.Pd,M.Pd, dan Teknik Persidangan oleh Muh.Dias Saktiawan.

LDK ini juga ternyata mendapatkan respon positif dari Sekertaris Dekan FKIP, Bapak Bambang Tri Bawono, S.H,M.H, beliau mengungkapkan dalam sambutannya,

“Seharusnya kegiatan-kegiatan LDK seperti ini selalu dilakukan oleh masing-masing lembaga di FKIP, karena mengingat adanya reorganisasi kepemimpinan sehingga sangat dibutuhkan LDK untuk melatih jiwa-jiwa pemimpin mahasiswa, apalagi mengingat  FKIP adalah fakultas baru di Unissula yang masih membutuhkan jiwa-jiwa pemimpin”.  Ujar Bambang.

Jubirman yang dalam hal ini sebagai Ketua Umum HIMATIKA UNISSULA periode 2012-2013 sekaligus juga sebagai Ketua Umum HMI Komisariat FKIP Unissula ini  juga menambahkan,

“LDK ini diharapkan mampu menciptakan kader-kader pemimpin profetik sesuai temanya, sehingga nantinya akan lahir kader-kader tangguh yang selalu siap memimpin organisasi di tingkat regional maupun nasional”. Tambah Jubir.


Jumat, 10 April 2015

SINDIKAT SEJARAH HMI


Disusun guna memenuhi persyaratan
sebagai peserta Senior Course (SC)
HMI Cab.semarang
 











Disusun Oleh :



JUBIRMAN


HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)
CABANG SEMARANG
2014






KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur senantiasa terpanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehinga penulis mampu menyelesaikan sebuah metodologi pembelajaran yang disebut dengan Sistem Pendidikan Singkat (Sindikat) tentang materi sejarah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Pada hakikatnya, rancangan konsep metodologi pembelajaran ini dibuat untuk menjadi pedoman dalam menyampaikan isi materi sejarah HMI. Selain itu, pembuatan Sindikat ini pula merupakan salah satu persyaratan penulis untuk mengikuti Senior Course (SC) yang di selenggarakan oleh HMI Cabang Semarang pada 8 – 13 Desember 2014 di Gedung Pertemuan LPPU Undip Tembalang, Semarang.
Dalam pembuatan sindikat materi sejarah HMI ini, penulis mencoba menjelaskan tentang latarbelakang sejarah HMI, peristiwa bersejarah 5 februari 1947, dan fase – fase perjuangan HMI, serta menciptakan sebuah keragka acuan yang mudah dipahami oleh peserta Basic Training (Latihan Kader I). selain itu, sindikat ini pula mengacu pada berbagai teori sejarah pergolakan pemikiran yang menjadi latar belakang berdirinya HMI. Sehingga, harapan besar dari penulis agar sindikat sejarah HMI ini dapat menjadi sumber atau rujukan yang relevan dalam peningkatan kualitas kader –kader HMI yang hari ini sedang tergradasi kualitasnya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan sindikat ini masih jauh dari kesempurnaan seperti apa yang diharapkan, sehingga penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruksional dari semua pihak. Semoga sindikat ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Semarang, November 2014
Penulis,

Jubirman






TESTIMONI PERKADERAN

Jangan pernah katakan Jangan Sampai, hingga akhirnya kamu Tidak Pernah Sampai, maka Yakin Usaha Sampai”.


SINDIKAT MATERI SEJARAH HMI
Abstraksi
Manusia dan sejarah memiliki keterkaitan yang erat. Manusia memiliki peran dalam sejarah, baik sebagai subjek sejarah, maupun sebagai objek sejarah. Sedangkan sejarah memiliki peran dalam proses menjernihkan jiwa dan pemikiran manusia untuk menempuh fase kehidupan (phase of life) yang selanjutnya dengan lebih baik.
Dalam sejarah berdirinya sebuah organisasi, tentu terdapat latar belakang yang menjadi sebab utama berdirinya organisasi tersebut. Begitupula dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), organisasi mahasiswa islam tertua ini juga memiliki sebab – sebab utama yang menjadi latar belakang berdirinya organisasi tersebut. Melihat pergolakan pemikiran dan situasi dunia internasional, situasi NKRI, kondisi mikrobiologis umat islam di Indonesia, serta kondisi perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan, Lafran Pane bersama 14 tokoh Pendiri HMI lainnya hadir untuk menjawab permasalahan ini dengan tujuan awal mempertahankan dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia dan menegakkan dan mengembangkan ajaran agama islam pada tanggal 5 februari 1947 di Sekolah Tinggi Islam (STI), Yogyakarta.
Dari tahun ketahun, HMI selalu hadir dalam menjawab setiap problematika bangsa Indonesia, dari berjuang memegang senjata dalam mengusir agresi militer Belanda hingga pada aksi besar – besaran dalam menjatuhkan rezim Soeharto. Tidak hanya itu, dari dulu hingga kini HMI telah menelurkan para pemikir – pemikir bangsa dan cendekiawan besar, seperti Prof. Dr. Nurcholis Majid, Prof. Dr. Agussalim Sitompul, Dr. Anies Baswedan, Prof. Laode M. Kamaluddin, Jusuf Kalla, Akbar Tanjung, Prof. Yusril Ihza Mahendra, Mahfud MD, Anas Urbaningrum, dan tokoh – tokoh besar lainnya.

Keyword :  Sejarah, Perjuangan, HMI, Lafran Pane, dan Cendekiawan.



Sejarah Perjuangan HMI
A.    Pengertian Sejarah dan manfaatnya
Hakikat sejarah dapat dipahami dengan membuka pengertian – pengertian peristilahan (etimologis) dan perbahasaan (terminologis). Dengan cara demikian, barulah dimungkinkan dengan baik memaparkan sekaligus menunjukkan secara relatif tepat mengenai hakikat sesuatu. Oleh karena itu, pengertian sejarah, baik secara etimologis maupun terminologis menjadi syarat penting untuk di ketengahkan dalam rangka menemukan substansi sejarah (Dr. Juraid A. Latief, 2006). Secara etimologis, sejarah berasal dari bahasa Arab, yakni Syajaratun yang berarti pohon (Helius Syamsuddin, 1996). Sedangkan secara terminologis, dari sekian banyak arti dan definisi sejarah, secara umum dapat diartikan bahwa sejarah adalah pelajaran dan pengetahuan tentang perjalanan masa lampau umat manusia, mengenai apa yang dikerjakan, dikatakan dan dipikirkan oleh manusia pada masa lampau, untuk menjadi cerminan dan pedoman berupa pelajaran, peringatan, kebenaran bagi masa kini dan mendatang untuk mengukuhkan hati manusia.
Beberapa manfaat atau kegunaan dalam mempelajari sejarah yaitu pertama kegunaan edukatif, yakni dinyatakan bahwa sejarah dapat memberikan nilai – nilai pendidikan sebagai khazanah keilmuan bagi yang mempelajarinya. Kedua, kegunaan inspiratif, yakni belajar sejarah dapat memberikan sebuah inspirasi kepada kita untuk dijadikan sebagai sarana pemecahan masalah – masalah kekinian. Ketiga, kegunaan instruktif, yakni sejarah dapat digunakan sebagai bahan pengajaran (reflesi diri) menuju hari esok yang lebih baik lagi. Dan keempat, kegunaan rekreatif, yakni dengan belajar sejarah kita akan mendapatkan hiburan dan mersakan kenikmatan berkenalan dengan masa silam untuk bernostalgia melancong ke masa lalu. Dari keempat kegunaan sejarah diatas, semuanya saling berpengaruh satu sama lain dan tak ada yang kita sepelekan. Meskipun sebagian orang hanya menikmati sejarah sebagai edukatif dan inspiratif.

B.     Latar Belakang Berdirinya HMI
Kalau ditinjau secara umum, terdapat 4 (empat) sebab utama yang menjadi latar belakang sejarah berdirinya HMI.
ü Situasi Dunia Internasional
Kondisi umat Islam dunia pada saat menjelang kelahiran HMI dapat dikatakan ketinggalan dibandingkan masyarakat Eropa dengan Reinasance-nya. Ini dapat dilihat dari penguasaan teknologi maupun pengetahuan, bahkan sebagain besar umat Islam berada di bawah ketiak penindasan barat yang notabene dimotori oleh kelompok Kristen. Umat Islam hanya terpaku, terlena oleh kejayaan masa lampau atau pada zaman keemasan Islam. Umat Islam pada umumnya tidak memahami ajaran Islam secara komprehensif, sehingga mereka hanya berkutat seputar ubudiyah atau ritual semata tanpa memahami bahwa ajaran Islam adalah ajaran paripurna yang tidak hanya mengajarkan hubungan manusia dengan Tuhan, namun lebih jauh daripada itu islam masuk ke dalam seluruh aspek kehidupan. Kemunduran ummat Islam diawali dengan kemunduran berpikir, bahkan sama sekali menutup kesempatan untuk berpikir. Yang jelas ketika ummat Islam terlena dengan kebesaran dan keagungan masa lalu maka pada saat itu pula kemunduran menghinggapi kita.
Akibat dari keterbelakangan ummat Islam , maka munculah gerakan untuk menentang keterbatasan seseorang melaksanakan ajaran Islam secara benar dan utuh. Gerakan ini disebut Gerakan Pembaharuan. Gerakan Pembaharuan ini ingin mengembalikan ajaran Islam kepada ajaran yang totalitas, dimana disadari oleh kelompok ini, bahwa Islam bukan hanya terbatas kepada hal-hal yang sakral saja, melainkan juga merupakan pola kehidupan manusia secara keseluruhan. Untuk itu sasaran Gerakan Pembaharuan atau reformasi adalah ingin mengembalikan ajaran Islam kepada proporsi yang sebenarnya, yang berpedoman kepada Al Qur'an dan Hadist Rassullulah SAW. Dengan timbulnya ide pembaharuan itu, maka Gerakan Pembaharuan di dunia Islam bermunculan, seperti di Turki (1720), Mesir (1807). Begitu juga penganjurnya seperti Rifaah Badawi Ath Tahtawi (1801-1873), Muhammad Abduh (1849-1905), Muhammad Ibnu Abdul Wahab (Wahabisme) di Saudi Arabia (1703-1787), Sayyid Ahmad Khan di India (1817-1898), Muhammad Iqbal di Pakistan (1876-1938) dan lain-lain.
ü Situasi NKRI
Tahun 1596 Cornrlis de Houtman mendarat di Banten. Maka sejak saat itu pulalah Indonesia dijajah Belanda. Imprealisme Barat selama ± 350 tahun membawa paling tidak 3 (tiga) hal :
·         Penjajahan itu sendiri dengan segala bentuk implikasinya.
·         Missi dan Zending agama Kristiani.
·         Peradaban Barat dengan ciri sekulerisme dan liberalisme.
Setelah melalui perjuangan yang secara terus menerus dan atas rahmat Allah SWT maka pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta Sang Dwi Tunggal Proklamasi atas nama bangsa Indonesia mengumandangkan kemerdekaannya.
ü Kondisi Mikrobiologis Umat Islam Indonesia
Kondisi umat Islam sebelum berdirinya HMI dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) golongan, yaitu : Pertama : Sebagian besar yang melakukan ajaran Islam itu hanya sebagai kewajiban yang diadatkan seperti dalam upacara perkawinan, kematian serta kelahiran. Kedua : Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang mengenal dan mempraktekkan ajaran Islam sesuai yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Ketiga : Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang terpengaruh oleh mistikisme yang menyebabkan mereka berpendirian bahwa hidup ini adalah untuk kepentingan akhirat saja. Keempat : Golongan kecil yang mencoba menyesuaikan diri dengan kemajuan jaman, selaras dengan wujud dan hakekat agama Islam. Mereka berusaha supaya agama Islam itu benar-benar dapat dipraktekkan dalam masyarakat Indonesia.

ü Kondisi Perguruan Tinggi dan Dunia Kemahasiswaan
Ada dua faktor yang sangat dominan yang mewarnai Perguruan Tinggi (PT) dan dunia kemahasiswaan sebelum HMI berdiri. Pertama: sisitem yang diterapkan dalam dunia pendidikan umumnya dan PT khususnya adalah sistem pendidikan barat, yang mengarah kepada sekulerisme yang "mendangkalkan agama disetiap aspek kehidupan manusia". Kedua : adanya Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) dan Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) di Surakarta dimana kedua organisasi ini dibawah pengaruh Komunis. Bergabungnya dua faham ini (Sekuler dan Komunis), melanda dunia PT dan Kemahsiswaan, menyebabkan timbulnya "Krisis Keseimbangan" yang sangat tajam, yakni tidak adanya keselarasan antara akal dan kalbu, jasmani dan rohani, serta pemenuhan antara kebutuhan dunia dan akhirat.

C.    Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
ü Latar Belakang Pemikiran
Berdasarkan penelusuran dan penelitian sejarah, maka Kongres XI HMI tahun 1974 di Bogor menetapkan Lafran Pane sebagai pemrakarsa berdirinya HMI, dan disebut sebagai pendiri HMI. Lafran Pane adalah anak keenam dari Sutan Pangurabaan Pane, lahir di Padang Sidempuan, 5 Pebruari 1922, pendidikan Lafran Pane tidak berjalan “normal” dan “lurus”. Lafran Pane mengalami perubahan kejiwaan yang radikal sehingga mendorong dirinya untuk mencari hakikat hidup sebenarnya. Desember 1945 Lafran Pane pindah ke Yogyakarta, karena Sekolah Tinggi Islam (STI) tempat ia menimba ilmu pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Pendidikan agama Islam yang lebih intensif ia peroleh dari dosen-dosen STI, mengubur masa lampau yang kelam.Bagi Lafran Pane, Islam merupakan satu-satunya pedoman hidup yang sempurna, karena Islam menjadikan manusia sejahtera dan selamat di dunia dan akhirat. Pada tahun 1948, Lafran Pane pindah studi ke Akademi Ilmu Politik (AIP). Saat Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada dan fakultas kedokteran di Klaten, serta AIP Yogyakarta dinegerikan pada tanggal 19 Desember 1949 menjadi Universitas Gadjah Mada (UGM), secara otomatis Lafran Pane termasuk mahasiswa pertama UGM. Setelah bergabung menjadi UGM, AIP berubah menjadi Fakultas Hukum Ekonomi Sosial Politik, dan Lafran Pane menjadi sarjana pertama dalam ilmu politik dari fakultas tersebut pada tanggal 26 Januari 1953.
Adapun latar belakang pemikirannya dalam pendirian HMI adalah: "Melihat dan menyadari keadaan kehidupan mahasiswa yang beragama Islam pada waktu itu, yang pada umumnya belum memahami dan mengamalkan ajaran agamanya. Keadaan yang demikian adalah akibat dari sistem pendidikan dan kondisi masyarakat pada waktu itu. Karena itu perlu dibentuk organisasi untuk merubah keadaan tersebut. Organisasi mahasiswa ini harus mempunyai kemampuan untuk mengikuti alam pikiran mahasiswa yang selalu menginginkan inovasi atau pembaharuan dalam segala bidang, termasuk pemahaman dan penghayatan ajaran agamanya, yaitu agama Islam. Tujuan tersebut tidak akan terlaksana kalau NKRI tidak merdeka, rakyatnya melarat. Maka organisasi ini harus turut mempertahankan Negara Republik Indonesia kedalam dan keluar, serta ikut memperhatikan dan mengusahakan kemakmuran rakyat.
Namun demikian, secara keseluruhan Latar Belakang Munculnya Pemikiran dan Berdirinya HMI dapat dipaparkan secara garis besar karena faktor, sebagai berikut :
·      Penjajahan Belanda atas Indonesia dan Tuntutan Perang Kemerdekaan
·      Aspek Politik : Indonesia menjadi objek jajahan Belanda
·      Aspek Pemerintahan : Indonesia berada di bawah pemerintahan kerajaan Belanda
·      Aspek Hukum : hukum berlaku diskriminatif
·      Aspek pendidikan : poses pendidikan sangat dikendalikan oleh Belanda.
·      Aspek ekonomi : Bangsa Indonesia berada dalam kondisi ekonomi lemah
·      Aspek kebudayaan : masuk dan berkembangnya kebudayaan yang bertentangan dengan kepribadian Bangsa Indonesia
·      Aspek Hubungan keagamaan : Masuk dan berkembagnya Agama Kristen di Indonesia, dan Umat Islam mengalami kemunduran
·      Adanya Kesenjangan dan kejumudan umat dalam pengetahuan, pemahaman, dan pengamalan ajaran islam
·      Kebutuhan akan pemahaman dan penghayatan Keagamaan
·      Munculnya polarisasi politik
·      Berkembangnya fajam dan Ajaran komunis
·      Kedudukan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis
·      Kemajemukan Bangsa Indonesia
·      tuntutan Modernisasi dan tantangan masa depan
ü Pristiwa Bersejarah 5 Februari 1947
Setelah beberapa kali mengadakan pertemuan yang berakhir dengan kegagalan. Lafran Pane mengadakan rapat tanpa undangan, yaitu dengan mengadakan pertemuan secara mendadak yang mempergunakan jam kuliah Tafsir. Ketika itu hari Rabu tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan 5 Februari 1947, disalah satu ruangan kuliah STI di Jalan Setiodiningratan (sekarang Panembahan Senopati), masuklah mahasiswa Lafran Pane yang dalam prakatanya dalam memimpin rapat antara lain mengatakan "Hari ini adalah pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena persiapan yang diperlukan sudah beres. Yang mau menerima HMI sajalah yang diajak untuk mendirikan HMI, dan yang menentang biarlah terus menentang, toh tanpa mereka organisasi ini bisa berdiri dan berjalan"
Lafran Pane mendirikan HMI bersama 14 orang mahasiswa STI lannya, tanpa campur tangan pihak luar.Pada awal pembentukkannya HMI bertujuan diantaranya antara lain:
·         Mempertahankan dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia.
·         Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam.
Namun pada Kongres IX HMI di Malang tahun 1969 tujuan HMI berubah hingga digunakan sampai sekarang, yakni:Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT”.
Sementara tokoh-tokoh pemula / pendiri HMI antara lain :
·         Lafran Pane (Yogya), 
·         Karnoto Zarkasyi (Ambarawa),
·         Dahlan Husein (Palembang),
·         Siti Zainah (istri Dahlan Husein-Palembang)
·         Maisaroh Hilal (Cucu KH.A.Dahlan-Singapura),
·         Soewali (Jember),
·         Yusdi Ghozali (Juga pendiri PII-Semarang),
·         Mansyur,
·         M. Anwar (Malang),
·         Hasan Basri (Surakarta),
·         Marwan (Bengkulu),
·         Zulkarnaen (Bengkulu),
·         Tayeb Razak (Jakarta),
·         Toha Mashudi (Malang),
·         Bidron Hadi (Yogyakarta).
            Faktor Pendukung Berdirinya HMI
·         Posisi dan arti kota Yogyakarta
·         Yogyakarta sebagai Ibukota NKRI dan Kota Perjuangan
·         Pusat Gerakan Islam
·         Kota Universitas/ Kota Pelajar
·         Pusat Kebudayaan
·         Terletak di Central of Java
·         Kebutuhan Penghayatan dan Keagamaan Mahasiswa
·         Adanya tuntutan perang kemerdekaan bangsa Indonesia
·         Adanya STI (Sekolah Tinggi Islam), BPT (Balai Perguruan Tinggi)
·         Gajah Mada, STT (Sekolah Tinggi Teknik).
·         Adanya dukungan Presiden STI Prof. Abdul Kahar Muzakir
·         Ummat Islam Indonesia mayoritas
Faktor Penghambat Berdirinya HMI
Munculnya reaksi – reaksi dari :
·         Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY)
·         Gerakan Pemuda Islam (GPII)
·         Pelajar Islam Indonesia (PII)
D.    Fase – Fase Perkembangan HMI dalam Perjuangan Bangsa Indonesia
ü Fase Konsolidasi Spiritual (1946-1947)
Sudah diterangkan diatas.
ü Fase Pengokohan (5 Februari 1947 - 30 November 1947)
Selama lebih kurang 9 (sembilan) bulan, reaksi-reaksi terhadap kelahiran HMI barulah berakhir. Masa sembilan bulan itu dipergunakan untuk menjawab berbagai reaksi dan tantangan yang datang silih berganti, yang kesemuanya itu semakin mengokohkan eksistensi HMI sehingga dapat berdiri tegak dan kokoh. 
ü Fase Perjuangan Fisik / Bersenjata (1947 - 1949)
Seiring dengan tujuan HMI yang digariskan sejak awal berdirinya, maka konsekuensinya dalam masa perang kemerdekaan, HMI terjun kegelanggang pertempuran melawan agresi yang dilakukan oleh Belanda, membantu Pemerintah, baik langsung memegang senjata bedil dan bambu runcing, sebagai staff, penerangan, penghubung. Untuk menghadapi pemberontakkan PKI di Madiun 18 September 1948, Ketua PPMI/ Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa (CM), dengan Komandan Hartono dan wakil Komandan Ahmad Tirtosudiro, ikut membantu Pemerintah menumpas pemberontakkan PKI di Madiun, dengan mengerahkan anggota CM ke gunung-gunung, memperkuat aparat pemerintah. Sejak itulah dendam kesumat PKI terhadap HMI tertanam. Dendam disertai benci itu nampak sangat menonjol pada tahun '64-'65, disaat-saat menjelang meletusnya G30S/PKI.
ü Fase Pertumbuhan dan Perkembangan HMI (1950-1963)
Selama para kader HMI banyak yang terjun ke gelanggang pertempuran melawan pihak-pihak agresor, selama itu pula pembinaan organisasi terabaikan. Namun hal itu dilakukan secara sadar, karena itu semua untuk merealisir tujuan dari HMI sendiri, serta dwi tugasnya yakni tugas Agama dan tugas Bangsa. Maka dengan adanya penyerahan kedaulatan Rakyat tanggal 27 Desember 1949, mahasiswa yang berniat untuk melanjutkan kuliahnya bermunculan di Yogyakarta. Sejak tahun 1950 dilaksankanlah tugas-tugas konsolidasi internal organisasi. Disadari bahwa konsolidasi organisasi adalah masalah besar sepanjang masa. Bulan Juli 1951 PB HMI dipindahkan dari Yogyakarta ke Jakarta.
ü Fase Tantangan (1964 - 1965)
Dendam sejarah PKI kepada HMI merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi HMI. Setelah agitasi-agitasinya berhasil membubarkan Masyumi dan GPII, PKI menganggap HMI adalah kekuatan ketiga ummat Islam. Begitu bersemangatnya PKI dan simpatisannya dalam membubarkan HMI, terlihat dalam segala aksi-aksinya, Mulai dari hasutan, fitnah, propaganda hingga aksi-aksi riil berupa penculikan,dsb. 
Usaha-usaha yang gigih dari kaum komunis dalam membubarkan HMI ternyata tidak menjadi kenyataan, dan sejarahpun telah membeberkan dengan jelas siapa yang kontra revolusi, PKI dengan puncak aksi pada tanggal 30 September 1965 telah membuatnya sebagai salah satu organisasi terlarang.
ü Fase Kebangkitan HMI dalam transisi Orde Lama ke Orde Baru (1966 - 1968)
HMI sebagai sumber insani bangsa turut mempelopori tegaknya Orde Baru untuk menghapuskan orde lama yang sarat dengan ketotaliterannya. Usaha-usaha itu tampak antara lain HMI melalui Wakil Ketua PB Mari'ie Muhammad memprakasai Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAMI) 25 Oktober 1965 yang bertugas antara lain : 1) Mengamankan Pancasila. 2) Memperkuat bantuan kepada ABRI dalam penumpasan Gestapu/ PKI sampai ke akar-akarnya. Masa aksi KAMI yang pertama berupa Rapat Umum dilaksanakan tanggal 3 Nopember 1965 di halaman Fakultas Kedokteran UI Salemba Jakarta, dimana barisan HMI menunjukan superioitasnya dengan massanya yang terbesar. Puncak aksi KAMI terjadi pada tanggal 10 Januari 1966 yang mengumandangkan tuntutan rakyat dalam bentuk Tritura yang terkenal itu. Tuntutan tersebut ternyata mendapat perlakuan yang represif dari aparat keamanan sehingga tidak sedikit dari pihak mahasiswa menjadi korban. Diantaranya antara lain : Arif Rahman Hakim, Zubaidah di Jakarta, Aris Munandar, Margono yang gugur di Yogyakarta, Hasannudin di Banjarmasin, Muhammad Syarif al-Kadri di Makasar, kesemuanya merupakan pahlawan-pahlawan ampera yang berjuang tanpa pamrih dan semata-mata demi kemaslahatan ummat serta keselamatan bangsa serta negara. Akhirnya puncak tututan tersebut berbuah hasil yang diharap-harapkan dengan keluarnya Supersemar sebagai tonggak sejarah berdirinya Orde Baru.
ü Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa (1969 - 1970)
Setelah Orde Baru mantap, Pancasila dilaksanakan secara murni serta konsekuen (meski hal ini perlu kajian lagi secara mendalam), maka sejak tanggal 1 April 1969 dimulailah Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). HMI pun sesuai dengan 5 aspek pemikirannya turut pula memberikan sumbangan serta partisipasinya dalam era awal pembagunan. Bentuk-bentuk partisipasi HMI baik anggotanya maupun yang telah menjadi alumni meliputi diantaranya : 1) partisipasi dalam pembentukan suasana, situasi dan iklim yang memungkinkan dilaksanakannya pembangunan, 2) partisipasi dalam pemberian konsep-konsep dalam berbagai aspek pemikiran 3) partisipasi dalam bentuk pelaksana langsung dari pembangunan.
ü Fase Pergolakan dan Pembaharuan Pemikiran (1970 - sekarang ) Suatu ciri khas yang dibina oleh HMI, diantaranya adalah kebebasan berpikir dikalangan anggotanya, karena pada hakikatnya timbulnya pembaharuan karena adanya pemikiran yang bersifat dinamis dari masing-masing individu. Disebutkan bahwa fase pergolakan pemikiran ini muncul pada tahun 1970, tetapi geja-gejalanya telah nampak pada tahun 1968. Namun klimaksnya memang terjadi pada tahun 1970 dimana secara relatif masalah-masalah intern organisasi yang rutin telah terselesaikan. Sementara dilain sisi persoalan ekstern muncul menghadang dengan segudang problema.
ü Fase tumbangnya Orde Baru dan Kemunculan Reformasi (Mei 1998)
Mahasiswa adalah inti kekuatan perubahan, ditengah berkuasanya rezim orde baru dengan soeharto sebagai icon besarnya yang menunjukkan kekuatan negeri ini (The Power Of State) dengan represif, hegemonik dan atoriterianisme. HMI kembali bersama-sama dengan elemen mahasiswa lainnya menjadi bagian dari kekuatan yang mampu menumbangkan rezim tersebut.

REFERENSI
Ø  Drs. Agus Salim Sitompul, Sejarah Perjuangan HMI (1974-1975), Bina Ilmu.
Ø  Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, Sejarah Peradaban Islam. 2005. Raja Grafindo Persada.
Ø  Dr. M. Abdul Karim M.A, Islam dan Kemerdekaan Indonesia. 2005. Sumbangsih Press.
Ø  Mundzirin Yusuf. Sejarah Peradaban Islam di Indonesia. 2006. Kelompok Penerbit Pinus.
Ø  Prof. Dr. H. Rustam E. Tamburaka, M.A. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat, dan IPTEK. 1999. PT Rineka Cipta.
Ø  Albert Hourani. Sejarah Bangsa – Bangsa Muslim. 2004. Mizan.
Ø  Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec. Ensiklopedia Peradaban Islam Madinah. 2012. Tazkia Publishing.
Ø  Laode M. Kamaluddin. On Islamic Civilization. 2010. UNISSULA Press.
Ø  Peter Burke. Sejarah dan Teori Sosial. 2001. Yayasan Obor Indonesia.
Ø  Murni Djamal. Dr. H. Abdul Karim Amrullah, Pengaruhnya dalam Gerakan Pembaruan Islam di Minangkabau pada Awal Abad ke – 20. 2002. INIS.
Ø  Jawaharlal Nehru. Lintasan Sedjarah Dunia II. 1996. Balai Pustaka.
Ø  HM. Nasruddin Anshoriy Ch. Matahari Pembaruan, Rekaman Jejak KH Ahmad Dahlan. 2010. Publisher.
Ø  Drs. Chatibul Umam, dkk. Sejarah Islam Jilid I. 1979. Gunung Jati.
Ø  DR. Victor I Tanya, HMI, Sejarah dan Kedudukannya Ditengah Gerakan Muslim Pembaharu Indonesia, Sinar Harapan, 1982.
Ø  Hasil-Hasil Kongres HMI


CURICULUM VITAE
A.    Data Pribadi
Nama                                       : Jubirman
Tempat, Tanggal Lahir            : Mosolo, 29 Juli 1992
Alamat                                    : Jalan Raya Kaligawe, Lr. Mesjid Terboyo
Jenis Kelamin                          : Laki – Laki
Nomor HP                               : 085290622793
Agama                                     : Islam
B.     Jenjang Pendidikan
SD / Sederajat                         : SDN 2 Mosolo
SMP / Sederajat                      : SMPN 2 Waworete
SMA / sederajat                      : SMAN 2 Kendari
Universitas / Sederajat            : Universitas Islam Sultan Agung
Fakultas                                   : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
C.    Pengalaman Organisasi
1.      Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Matematika (HIMATIKA) periode 2012 – 2013
2.      Ketua Umum HMI Komisariat FKIP Unissula Periode 2012 – 2013
3.      Sekertaris Umum HMI Korkom Sultan Agung Periode 2013 - Sekarang