Disusun
guna memenuhi persyaratan
sebagai
peserta Senior
Course (SC)
HMI Cab.semarang
Disusun Oleh :
JUBIRMAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
(HMI)
CABANG SEMARANG
2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji
syukur senantiasa terpanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karuniaNya sehinga penulis mampu menyelesaikan sebuah metodologi
pembelajaran yang disebut dengan Sistem Pendidikan Singkat (Sindikat) tentang
materi sejarah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Pada hakikatnya, rancangan konsep metodologi pembelajaran ini dibuat untuk menjadi pedoman dalam menyampaikan isi
materi sejarah HMI. Selain itu,
pembuatan Sindikat ini pula merupakan salah satu persyaratan penulis untuk
mengikuti Senior Course (SC) yang di selenggarakan oleh HMI Cabang Semarang
pada 8 – 13 Desember 2014 di Gedung Pertemuan LPPU Undip Tembalang, Semarang.
Dalam pembuatan
sindikat materi sejarah HMI ini, penulis mencoba menjelaskan tentang
latarbelakang sejarah HMI, peristiwa
bersejarah 5 februari 1947, dan fase – fase perjuangan HMI, serta menciptakan sebuah keragka acuan yang mudah dipahami oleh
peserta Basic Training (Latihan Kader
I). selain
itu, sindikat ini pula mengacu pada berbagai teori sejarah pergolakan pemikiran
yang menjadi latar belakang berdirinya HMI. Sehingga, harapan besar dari
penulis agar sindikat sejarah HMI ini dapat menjadi sumber atau rujukan yang
relevan dalam peningkatan kualitas kader –kader HMI yang hari ini sedang
tergradasi kualitasnya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan sindikat ini masih jauh
dari kesempurnaan seperti apa yang diharapkan, sehingga penulis mengaharapkan
kritik dan saran yang bersifat konstruksional dari semua pihak. Semoga sindikat ini bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Semarang, November 2014
Penulis,
Jubirman
TESTIMONI
PERKADERAN
“Jangan pernah katakan Jangan Sampai, hingga akhirnya kamu Tidak Pernah Sampai, maka Yakin
Usaha Sampai”.
SINDIKAT
MATERI SEJARAH HMI
Abstraksi
Manusia dan sejarah memiliki
keterkaitan yang erat. Manusia memiliki peran dalam sejarah, baik sebagai
subjek sejarah, maupun sebagai objek sejarah. Sedangkan sejarah memiliki peran
dalam proses menjernihkan jiwa dan pemikiran manusia untuk menempuh fase
kehidupan (phase of life) yang
selanjutnya dengan lebih baik.
Dalam sejarah berdirinya sebuah
organisasi, tentu terdapat latar belakang yang menjadi sebab utama berdirinya
organisasi tersebut. Begitupula dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI),
organisasi mahasiswa islam tertua ini juga memiliki sebab – sebab utama yang
menjadi latar belakang berdirinya organisasi tersebut. Melihat pergolakan
pemikiran dan situasi dunia internasional, situasi NKRI, kondisi mikrobiologis
umat islam di Indonesia, serta kondisi perguruan tinggi dan dunia
kemahasiswaan, Lafran Pane bersama 14 tokoh Pendiri HMI lainnya hadir untuk
menjawab permasalahan ini dengan tujuan awal mempertahankan dan mempertinggi
derajat rakyat Indonesia dan menegakkan dan mengembangkan ajaran agama islam
pada tanggal 5 februari 1947 di Sekolah Tinggi Islam (STI), Yogyakarta.
Dari tahun ketahun, HMI selalu hadir
dalam menjawab setiap problematika bangsa Indonesia, dari berjuang memegang
senjata dalam mengusir agresi militer Belanda hingga pada aksi besar – besaran
dalam menjatuhkan rezim Soeharto. Tidak hanya itu, dari dulu hingga kini HMI
telah menelurkan para pemikir – pemikir bangsa dan cendekiawan besar, seperti Prof.
Dr. Nurcholis Majid, Prof. Dr. Agussalim Sitompul, Dr. Anies Baswedan, Prof.
Laode M. Kamaluddin, Jusuf Kalla, Akbar Tanjung, Prof. Yusril Ihza Mahendra,
Mahfud MD, Anas Urbaningrum, dan tokoh – tokoh besar lainnya.
Keyword
: Sejarah, Perjuangan, HMI, Lafran Pane, dan
Cendekiawan.
Sejarah
Perjuangan HMI
A.
Pengertian Sejarah dan manfaatnya
Hakikat sejarah
dapat dipahami dengan membuka pengertian – pengertian peristilahan (etimologis)
dan perbahasaan (terminologis). Dengan cara demikian, barulah dimungkinkan
dengan baik memaparkan sekaligus menunjukkan secara relatif tepat mengenai
hakikat sesuatu. Oleh karena itu, pengertian sejarah, baik secara etimologis
maupun terminologis menjadi syarat penting untuk di ketengahkan dalam rangka
menemukan substansi sejarah (Dr. Juraid A. Latief, 2006). Secara etimologis,
sejarah berasal dari bahasa Arab, yakni Syajaratun
yang berarti pohon (Helius Syamsuddin, 1996). Sedangkan secara terminologis, dari sekian banyak arti dan definisi sejarah, secara umum dapat
diartikan bahwa sejarah adalah pelajaran dan pengetahuan tentang perjalanan
masa lampau umat manusia, mengenai apa yang dikerjakan, dikatakan dan
dipikirkan oleh manusia pada masa lampau, untuk menjadi cerminan dan pedoman
berupa pelajaran, peringatan, kebenaran bagi masa kini dan mendatang untuk
mengukuhkan hati manusia.
Beberapa manfaat
atau kegunaan dalam mempelajari sejarah yaitu pertama kegunaan edukatif, yakni
dinyatakan bahwa sejarah dapat memberikan nilai – nilai pendidikan sebagai
khazanah keilmuan bagi yang mempelajarinya. Kedua, kegunaan inspiratif, yakni belajar
sejarah dapat memberikan sebuah inspirasi kepada kita untuk dijadikan sebagai
sarana pemecahan masalah – masalah kekinian. Ketiga, kegunaan instruktif, yakni
sejarah dapat digunakan sebagai bahan pengajaran (reflesi diri) menuju hari
esok yang lebih baik lagi. Dan keempat, kegunaan rekreatif, yakni dengan
belajar sejarah kita akan mendapatkan hiburan dan mersakan kenikmatan
berkenalan dengan masa silam untuk bernostalgia melancong ke masa lalu. Dari
keempat kegunaan sejarah diatas, semuanya saling berpengaruh satu sama lain dan
tak ada yang kita sepelekan. Meskipun sebagian orang hanya menikmati sejarah
sebagai edukatif dan inspiratif.
B.
Latar Belakang Berdirinya HMI
Kalau
ditinjau secara umum, terdapat 4 (empat) sebab utama yang menjadi latar
belakang sejarah berdirinya HMI.
ü Situasi Dunia Internasional
Kondisi
umat Islam dunia pada saat menjelang kelahiran HMI dapat dikatakan ketinggalan
dibandingkan masyarakat Eropa dengan Reinasance-nya. Ini dapat dilihat
dari penguasaan teknologi maupun pengetahuan, bahkan sebagain besar umat Islam
berada di bawah ketiak penindasan barat yang notabene dimotori oleh kelompok
Kristen. Umat Islam hanya terpaku, terlena oleh kejayaan masa lampau atau pada
zaman keemasan Islam. Umat Islam pada umumnya tidak memahami ajaran Islam
secara komprehensif, sehingga mereka hanya berkutat seputar ubudiyah atau
ritual semata tanpa memahami bahwa ajaran Islam adalah ajaran paripurna yang
tidak hanya mengajarkan hubungan manusia dengan Tuhan, namun lebih jauh
daripada itu islam masuk ke
dalam seluruh aspek kehidupan. Kemunduran
ummat Islam diawali dengan kemunduran berpikir, bahkan sama sekali menutup
kesempatan untuk berpikir. Yang jelas ketika ummat Islam terlena dengan
kebesaran dan keagungan masa lalu maka pada saat itu pula kemunduran
menghinggapi kita.
Akibat
dari keterbelakangan ummat Islam , maka munculah gerakan untuk menentang
keterbatasan seseorang melaksanakan ajaran Islam secara benar dan utuh. Gerakan
ini disebut Gerakan Pembaharuan. Gerakan Pembaharuan ini ingin mengembalikan
ajaran Islam kepada ajaran yang totalitas, dimana disadari oleh kelompok ini,
bahwa Islam bukan hanya terbatas kepada hal-hal yang sakral saja, melainkan
juga merupakan pola kehidupan manusia secara keseluruhan. Untuk itu sasaran
Gerakan Pembaharuan atau reformasi adalah ingin mengembalikan ajaran
Islam kepada proporsi yang sebenarnya, yang berpedoman kepada Al Qur'an dan
Hadist Rassullulah SAW. Dengan timbulnya ide pembaharuan itu, maka Gerakan
Pembaharuan di dunia Islam bermunculan, seperti di Turki (1720), Mesir (1807).
Begitu juga penganjurnya seperti Rifaah Badawi Ath Tahtawi (1801-1873),
Muhammad Abduh (1849-1905), Muhammad Ibnu Abdul Wahab (Wahabisme) di Saudi
Arabia (1703-1787), Sayyid Ahmad Khan di India (1817-1898), Muhammad Iqbal di
Pakistan (1876-1938) dan lain-lain.
ü Situasi NKRI
Tahun
1596 Cornrlis de Houtman mendarat di Banten. Maka sejak saat itu pulalah Indonesia
dijajah Belanda. Imprealisme Barat selama ± 350 tahun membawa paling tidak 3
(tiga) hal :
·
Penjajahan itu sendiri
dengan segala bentuk implikasinya.
·
Missi dan Zending agama
Kristiani.
·
Peradaban Barat dengan
ciri sekulerisme dan liberalisme.
Setelah
melalui perjuangan yang secara
terus menerus dan atas rahmat Allah SWT maka pada tanggal 17 Agustus 1945,
Soekarno-Hatta Sang Dwi Tunggal Proklamasi atas nama bangsa Indonesia
mengumandangkan kemerdekaannya.
ü Kondisi Mikrobiologis Umat Islam Indonesia
Kondisi umat Islam sebelum berdirinya
HMI dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) golongan, yaitu : Pertama : Sebagian
besar yang melakukan ajaran Islam itu hanya sebagai kewajiban yang diadatkan
seperti dalam upacara perkawinan, kematian serta kelahiran. Kedua : Golongan
alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang mengenal dan mempraktekkan ajaran
Islam sesuai yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Ketiga : Golongan alim
ulama dan pengikut-pengikutnya yang terpengaruh oleh mistikisme yang
menyebabkan mereka berpendirian bahwa hidup ini adalah untuk kepentingan
akhirat saja. Keempat : Golongan kecil yang mencoba menyesuaikan diri dengan
kemajuan jaman, selaras dengan wujud dan hakekat agama Islam. Mereka berusaha
supaya agama Islam itu benar-benar dapat dipraktekkan dalam masyarakat
Indonesia.
ü Kondisi Perguruan Tinggi dan Dunia Kemahasiswaan
Ada dua faktor yang sangat dominan yang
mewarnai Perguruan Tinggi (PT) dan dunia kemahasiswaan sebelum HMI berdiri.
Pertama: sisitem yang diterapkan dalam dunia pendidikan umumnya dan PT
khususnya adalah sistem pendidikan barat, yang mengarah kepada sekulerisme yang
"mendangkalkan agama disetiap aspek kehidupan manusia". Kedua : adanya
Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) dan Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI)
di Surakarta dimana kedua organisasi ini dibawah pengaruh Komunis. Bergabungnya
dua faham ini (Sekuler dan Komunis), melanda dunia PT dan Kemahsiswaan,
menyebabkan timbulnya "Krisis Keseimbangan" yang sangat tajam, yakni
tidak adanya keselarasan antara akal dan kalbu, jasmani dan rohani, serta
pemenuhan antara kebutuhan dunia dan akhirat.
C.
Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
ü Latar
Belakang Pemikiran
Berdasarkan penelusuran dan penelitian sejarah,
maka Kongres XI HMI tahun 1974 di Bogor menetapkan Lafran Pane sebagai
pemrakarsa berdirinya HMI, dan disebut sebagai pendiri HMI. Lafran Pane adalah
anak keenam dari Sutan Pangurabaan Pane, lahir di Padang Sidempuan, 5 Pebruari
1922, pendidikan Lafran Pane tidak berjalan “normal” dan “lurus”.
Lafran Pane mengalami perubahan kejiwaan yang radikal sehingga mendorong
dirinya untuk mencari hakikat hidup sebenarnya. Desember 1945 Lafran Pane
pindah ke Yogyakarta, karena Sekolah Tinggi Islam (STI) tempat ia menimba ilmu
pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Pendidikan agama Islam yang lebih intensif
ia peroleh dari dosen-dosen STI, mengubur masa lampau yang kelam.Bagi Lafran
Pane, Islam merupakan satu-satunya pedoman hidup yang sempurna, karena Islam
menjadikan manusia sejahtera dan selamat di dunia dan akhirat. Pada tahun 1948,
Lafran Pane pindah studi ke Akademi Ilmu Politik (AIP). Saat Balai Perguruan
Tinggi Gadjah Mada dan fakultas kedokteran di Klaten, serta AIP Yogyakarta dinegerikan
pada tanggal 19 Desember 1949 menjadi Universitas Gadjah Mada (UGM), secara
otomatis Lafran Pane termasuk mahasiswa pertama UGM. Setelah bergabung menjadi
UGM, AIP berubah menjadi Fakultas Hukum Ekonomi Sosial Politik, dan Lafran Pane
menjadi sarjana pertama dalam ilmu politik dari fakultas tersebut pada tanggal
26 Januari 1953.
Adapun latar belakang pemikirannya dalam pendirian HMI adalah:
"Melihat dan menyadari keadaan
kehidupan mahasiswa yang beragama Islam pada waktu itu, yang pada umumnya belum
memahami dan mengamalkan ajaran agamanya. Keadaan yang demikian adalah akibat
dari sistem pendidikan dan kondisi masyarakat pada waktu itu. Karena itu perlu
dibentuk organisasi untuk merubah keadaan tersebut. Organisasi mahasiswa ini
harus mempunyai kemampuan untuk mengikuti alam pikiran mahasiswa yang selalu
menginginkan inovasi atau pembaharuan dalam segala bidang, termasuk pemahaman
dan penghayatan ajaran agamanya, yaitu agama Islam. Tujuan tersebut tidak akan
terlaksana kalau NKRI tidak merdeka, rakyatnya melarat. Maka organisasi ini
harus turut mempertahankan Negara Republik Indonesia kedalam dan keluar, serta
ikut memperhatikan dan mengusahakan kemakmuran rakyat”.
Namun demikian,
secara keseluruhan Latar Belakang Munculnya Pemikiran dan Berdirinya HMI dapat
dipaparkan secara garis besar karena faktor, sebagai berikut :
·
Penjajahan
Belanda atas Indonesia dan Tuntutan Perang Kemerdekaan
·
Aspek Politik
: Indonesia menjadi objek jajahan Belanda
·
Aspek
Pemerintahan : Indonesia berada di bawah pemerintahan kerajaan Belanda
·
Aspek Hukum :
hukum berlaku diskriminatif
·
Aspek
pendidikan : poses pendidikan sangat dikendalikan oleh Belanda.
·
Aspek ekonomi
: Bangsa Indonesia berada dalam kondisi ekonomi lemah
·
Aspek
kebudayaan : masuk dan berkembangnya kebudayaan yang bertentangan dengan
kepribadian Bangsa Indonesia
·
Aspek
Hubungan keagamaan : Masuk dan berkembagnya Agama Kristen di Indonesia, dan
Umat Islam mengalami kemunduran
·
Adanya
Kesenjangan dan kejumudan umat dalam pengetahuan, pemahaman, dan pengamalan
ajaran islam
·
Kebutuhan
akan pemahaman dan penghayatan Keagamaan
·
Munculnya
polarisasi politik
·
Berkembangnya
fajam dan Ajaran komunis
·
Kedudukan
perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis
·
Kemajemukan
Bangsa Indonesia
·
tuntutan
Modernisasi dan tantangan masa depan
ü Pristiwa
Bersejarah 5 Februari 1947
Setelah beberapa kali mengadakan pertemuan yang
berakhir dengan kegagalan. Lafran Pane mengadakan rapat tanpa undangan, yaitu
dengan mengadakan pertemuan secara mendadak yang mempergunakan jam kuliah
Tafsir. Ketika itu hari Rabu tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan 5
Februari 1947, disalah satu ruangan kuliah STI di Jalan Setiodiningratan
(sekarang Panembahan Senopati), masuklah mahasiswa Lafran Pane yang dalam
prakatanya dalam memimpin rapat antara lain mengatakan "Hari ini adalah
pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena persiapan yang diperlukan sudah
beres. Yang mau menerima HMI sajalah yang diajak untuk mendirikan HMI, dan yang
menentang biarlah terus menentang, toh tanpa mereka organisasi ini bisa berdiri
dan berjalan"
Lafran Pane mendirikan HMI bersama 14 orang
mahasiswa STI lannya, tanpa campur tangan pihak luar.Pada awal pembentukkannya
HMI bertujuan diantaranya antara lain:
·
Mempertahankan
dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia.
·
Menegakkan
dan mengembangkan ajaran agama Islam.
Namun pada Kongres IX HMI di Malang tahun 1969 tujuan HMI berubah hingga digunakan sampai sekarang, yakni: “Terbinanya
insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertanggung
jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT”.
Sementara
tokoh-tokoh pemula / pendiri HMI antara lain :
·
Lafran Pane
(Yogya),
·
Karnoto
Zarkasyi (Ambarawa),
·
Dahlan Husein
(Palembang),
·
Siti Zainah
(istri Dahlan Husein-Palembang)
·
Maisaroh
Hilal (Cucu KH.A.Dahlan-Singapura),
·
Soewali
(Jember),
·
Yusdi Ghozali
(Juga pendiri PII-Semarang),
·
Mansyur,
·
M. Anwar
(Malang),
·
Hasan Basri
(Surakarta),
·
Marwan
(Bengkulu),
·
Zulkarnaen
(Bengkulu),
·
Tayeb Razak
(Jakarta),
·
Toha Mashudi
(Malang),
·
Bidron Hadi
(Yogyakarta).
Faktor Pendukung Berdirinya HMI
·
Posisi dan arti kota Yogyakarta
·
Yogyakarta
sebagai Ibukota NKRI dan Kota Perjuangan
·
Pusat Gerakan
Islam
·
Kota
Universitas/ Kota Pelajar
·
Pusat
Kebudayaan
·
Terletak di
Central of Java
·
Kebutuhan
Penghayatan dan Keagamaan Mahasiswa
·
Adanya
tuntutan perang kemerdekaan bangsa Indonesia
·
Adanya STI
(Sekolah Tinggi Islam), BPT (Balai Perguruan Tinggi)
·
Gajah Mada,
STT (Sekolah Tinggi Teknik).
·
Adanya
dukungan Presiden STI Prof. Abdul Kahar Muzakir
·
Ummat Islam
Indonesia mayoritas
Faktor Penghambat
Berdirinya HMI
Munculnya
reaksi – reaksi dari :
·
Perserikatan Mahasiswa
Yogyakarta (PMY)
·
Gerakan Pemuda Islam (GPII)
·
Pelajar Islam Indonesia (PII)
D.
Fase – Fase Perkembangan HMI dalam Perjuangan
Bangsa Indonesia
ü Fase Konsolidasi Spiritual (1946-1947)
Sudah
diterangkan diatas.
ü Fase Pengokohan (5 Februari 1947 - 30 November 1947)
Selama lebih kurang
9 (sembilan) bulan, reaksi-reaksi terhadap kelahiran HMI barulah berakhir. Masa
sembilan bulan itu dipergunakan untuk menjawab berbagai reaksi dan tantangan
yang datang silih berganti, yang kesemuanya itu semakin mengokohkan eksistensi HMI
sehingga dapat berdiri tegak dan kokoh.
ü Fase Perjuangan Fisik / Bersenjata (1947 - 1949)
Seiring dengan
tujuan HMI yang digariskan sejak awal berdirinya, maka konsekuensinya dalam
masa perang kemerdekaan, HMI terjun kegelanggang pertempuran melawan agresi
yang dilakukan oleh Belanda, membantu Pemerintah, baik langsung memegang
senjata bedil dan bambu runcing, sebagai staff, penerangan, penghubung. Untuk
menghadapi pemberontakkan PKI di Madiun 18 September 1948, Ketua PPMI/ Wakil
Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa (CM), dengan Komandan
Hartono dan wakil Komandan Ahmad Tirtosudiro, ikut membantu Pemerintah menumpas
pemberontakkan PKI di Madiun, dengan mengerahkan anggota CM ke gunung-gunung,
memperkuat aparat pemerintah. Sejak itulah dendam kesumat PKI terhadap HMI
tertanam. Dendam disertai benci itu nampak sangat menonjol pada tahun '64-'65,
disaat-saat menjelang meletusnya G30S/PKI.
ü Fase Pertumbuhan dan Perkembangan HMI (1950-1963)
Selama para kader
HMI banyak yang terjun ke gelanggang pertempuran melawan pihak-pihak agresor,
selama itu pula pembinaan organisasi terabaikan. Namun hal itu dilakukan secara
sadar, karena itu semua untuk merealisir tujuan dari HMI sendiri, serta dwi
tugasnya yakni tugas Agama dan tugas Bangsa. Maka dengan adanya penyerahan
kedaulatan Rakyat tanggal 27 Desember 1949, mahasiswa yang berniat untuk melanjutkan
kuliahnya bermunculan di Yogyakarta. Sejak tahun 1950 dilaksankanlah
tugas-tugas konsolidasi internal organisasi. Disadari bahwa konsolidasi
organisasi adalah masalah besar sepanjang masa. Bulan Juli 1951 PB HMI
dipindahkan dari Yogyakarta ke Jakarta.
ü Fase Tantangan (1964 - 1965)
Dendam sejarah PKI
kepada HMI merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi HMI. Setelah
agitasi-agitasinya berhasil membubarkan Masyumi dan GPII, PKI menganggap HMI
adalah kekuatan ketiga ummat Islam. Begitu bersemangatnya PKI dan simpatisannya
dalam membubarkan HMI, terlihat dalam segala aksi-aksinya, Mulai dari hasutan,
fitnah, propaganda hingga aksi-aksi riil berupa penculikan,dsb.
Usaha-usaha yang gigih dari kaum komunis dalam membubarkan HMI ternyata tidak menjadi kenyataan, dan sejarahpun telah membeberkan dengan jelas siapa yang kontra revolusi, PKI dengan puncak aksi pada tanggal 30 September 1965 telah membuatnya sebagai salah satu organisasi terlarang.
Usaha-usaha yang gigih dari kaum komunis dalam membubarkan HMI ternyata tidak menjadi kenyataan, dan sejarahpun telah membeberkan dengan jelas siapa yang kontra revolusi, PKI dengan puncak aksi pada tanggal 30 September 1965 telah membuatnya sebagai salah satu organisasi terlarang.
ü Fase Kebangkitan HMI dalam transisi Orde Lama ke Orde Baru (1966 -
1968)
HMI sebagai sumber
insani bangsa turut mempelopori tegaknya Orde Baru untuk menghapuskan orde lama
yang sarat dengan ketotaliterannya. Usaha-usaha itu tampak antara lain HMI
melalui Wakil Ketua PB Mari'ie Muhammad memprakasai Kesatuan Aksi Mahasiswa
(KAMI) 25 Oktober 1965 yang bertugas antara lain : 1) Mengamankan Pancasila. 2)
Memperkuat bantuan kepada ABRI dalam penumpasan Gestapu/ PKI sampai ke
akar-akarnya. Masa aksi KAMI yang pertama berupa Rapat Umum dilaksanakan
tanggal 3 Nopember 1965 di halaman Fakultas Kedokteran UI Salemba Jakarta,
dimana barisan HMI menunjukan superioitasnya dengan massanya yang terbesar.
Puncak aksi KAMI terjadi pada tanggal 10 Januari 1966 yang mengumandangkan
tuntutan rakyat dalam bentuk Tritura yang terkenal itu. Tuntutan tersebut
ternyata mendapat perlakuan yang represif dari aparat keamanan sehingga tidak
sedikit dari pihak mahasiswa menjadi korban. Diantaranya antara lain : Arif
Rahman Hakim, Zubaidah di Jakarta, Aris Munandar, Margono yang gugur di Yogyakarta,
Hasannudin di Banjarmasin, Muhammad Syarif al-Kadri di Makasar, kesemuanya
merupakan pahlawan-pahlawan ampera yang berjuang tanpa pamrih dan semata-mata
demi kemaslahatan ummat serta keselamatan bangsa serta negara. Akhirnya puncak
tututan tersebut berbuah hasil yang diharap-harapkan dengan keluarnya
Supersemar sebagai tonggak sejarah berdirinya Orde Baru.
ü Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa (1969 - 1970)
Setelah Orde Baru
mantap, Pancasila dilaksanakan secara murni serta konsekuen (meski hal ini perlu
kajian lagi secara mendalam), maka sejak tanggal 1 April 1969 dimulailah
Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). HMI pun sesuai dengan 5 aspek
pemikirannya turut pula memberikan sumbangan serta partisipasinya dalam era
awal pembagunan. Bentuk-bentuk partisipasi HMI baik anggotanya maupun yang
telah menjadi alumni meliputi diantaranya : 1) partisipasi dalam pembentukan
suasana, situasi dan iklim yang memungkinkan dilaksanakannya pembangunan, 2)
partisipasi dalam pemberian konsep-konsep dalam berbagai aspek pemikiran 3)
partisipasi dalam bentuk pelaksana langsung dari pembangunan.
ü Fase Pergolakan dan Pembaharuan Pemikiran (1970 - sekarang ) Suatu ciri khas yang dibina oleh HMI, diantaranya
adalah kebebasan berpikir dikalangan anggotanya, karena pada hakikatnya
timbulnya pembaharuan karena adanya pemikiran yang bersifat dinamis dari
masing-masing individu. Disebutkan bahwa fase pergolakan pemikiran ini muncul
pada tahun 1970, tetapi geja-gejalanya telah nampak pada tahun 1968. Namun
klimaksnya memang terjadi pada tahun 1970 dimana secara relatif masalah-masalah
intern organisasi yang rutin telah terselesaikan. Sementara dilain sisi
persoalan ekstern muncul menghadang dengan segudang problema.
ü Fase tumbangnya Orde Baru dan Kemunculan Reformasi (Mei 1998)
Mahasiswa adalah
inti kekuatan perubahan, ditengah berkuasanya rezim orde baru dengan soeharto
sebagai icon besarnya yang menunjukkan kekuatan negeri ini (The Power Of State) dengan represif,
hegemonik dan atoriterianisme. HMI kembali bersama-sama dengan elemen mahasiswa
lainnya menjadi bagian dari kekuatan yang mampu menumbangkan rezim tersebut.
REFERENSI
Ø Drs. Agus Salim Sitompul, Sejarah Perjuangan HMI (1974-1975),
Bina Ilmu.
Ø Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, Sejarah Peradaban Islam. 2005. Raja Grafindo Persada.
Ø Dr. M. Abdul Karim M.A, Islam dan Kemerdekaan Indonesia. 2005.
Sumbangsih Press.
Ø Mundzirin Yusuf. Sejarah Peradaban Islam di Indonesia. 2006.
Kelompok Penerbit Pinus.
Ø Prof. Dr. H. Rustam E. Tamburaka, M.A. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori
Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat, dan IPTEK. 1999. PT Rineka Cipta.
Ø Albert Hourani. Sejarah Bangsa – Bangsa Muslim. 2004.
Mizan.
Ø Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec. Ensiklopedia Peradaban Islam
Madinah. 2012. Tazkia Publishing.
Ø Laode M. Kamaluddin. On Islamic Civilization. 2010.
UNISSULA Press.
Ø Peter Burke. Sejarah dan Teori Sosial. 2001.
Yayasan Obor Indonesia.
Ø Murni Djamal. Dr. H. Abdul Karim Amrullah, Pengaruhnya
dalam Gerakan Pembaruan Islam di Minangkabau pada Awal Abad ke – 20. 2002.
INIS.
Ø Jawaharlal Nehru. Lintasan Sedjarah Dunia II. 1996.
Balai Pustaka.
Ø HM. Nasruddin Anshoriy Ch. Matahari Pembaruan, Rekaman Jejak KH Ahmad
Dahlan. 2010. Publisher.
Ø Drs. Chatibul Umam, dkk. Sejarah Islam Jilid I. 1979. Gunung
Jati.
Ø DR. Victor I Tanya, HMI, Sejarah dan Kedudukannya Ditengah
Gerakan Muslim Pembaharu Indonesia, Sinar Harapan, 1982.
Ø Hasil-Hasil Kongres HMI
CURICULUM VITAE
A. Data Pribadi
Nama
: Jubirman
Tempat, Tanggal Lahir : Mosolo, 29 Juli 1992
Alamat : Jalan Raya Kaligawe, Lr. Mesjid
Terboyo
Jenis Kelamin :
Laki – Laki
Nomor HP
: 085290622793
Agama : Islam
B. Jenjang Pendidikan
SMP /
Sederajat : SMPN 2
Waworete
SMA /
sederajat : SMAN 2
Kendari
Universitas
/ Sederajat : Universitas
Islam Sultan Agung
Fakultas : Keguruan
dan Ilmu Pendidikan
1.
Ketua Umum Himpunan Mahasiswa
Matematika (HIMATIKA) periode 2012 – 2013
2.
Ketua Umum HMI Komisariat FKIP
Unissula Periode 2012 – 2013