Powered By Blogger
Powered By Blogger

Kamis, 23 Maret 2017

Generasi dan Masa Depan Indonesia




Jarman Al Kindy 
(Sekbid Pengembangan Anggota HIPMOSRA)

Mirisnya generasi hari ini, sangat berbeda dengan generasi-generasi  masa dulu. Letak perbedaan yang sangat mecolok yakni terdapat pada fakta yang menunjukan bahwa generasi masa dulu sangat menjunjung tinggi nilai pendidikan dan sosial. Sehingga tak mengherankan bila,  banyak generasi-generasi masa silam yang menempuh pendidikan di dalam negeri maupun di luar negeri,  dan kemudian menjadi emas buat bangsanya sendiri. Lihatlah Bung Hatta yang berselancar pendidikan di Belanda, dan pasca pendidikan beliau bersama Bung Karno berhasil menjadi sang dwi tunggal kemerdekaan. Hal itu dikarenakan faktor menjunjung tinggi nilai pendidikan dan sosial yang baik. Alih-alih mengatakan jikalau saja kita melihat SDM, pada masa dulu sangatlah minim di bandingkan masa kini. Realita yang tak terbantahkan bahwa di masa dulu yang menempuh pendidikan hanyalah kalangan bangsawan atau turunan orang yang mampu. Sedangkan mereka yang terkategori golongan-golongan orang yang tidak mampu dan terklasifikasi dalam kelompok ekonomi lemah sulit memperoleh pendidikan. Berbagai ikhtiar dilakukan untuk menyekolahkan anak-anaknya, agar kelak menjadi cerah di masa depannya. Fakta lain menunjukan bahwa fasilitas dimasa itu, berbeda jauh dengan sekarang. Tapi orang-orang dulu dengan semangat yang membara akan pendidikan, meskipun kurang fasilitas yang memadai, mereka tetap semangat dan tidak turun semangatnya walaupn sedikit, bak obor yang selalu nyala meski diterpa badai sekalipun.

Tapi zaman sekarang sangat berbeda jauh di bandingkan masa-masa silam. Adanya Teknologi yang mempercepat untuk segala hal, baik perjalanan, komunikasi, pembangunan dan lain sebagainya. Hal ini yang membuat generasi sekarang disibukkan dan terlena dengan maju kembangnya teknologi. Sehingga boleh dikatakan bahwa tekhnologi berhasil membuat manja para generasi hari ini. Teknologi mempunyai banyak dampak positif dan pula dampak negatif. Dampak negatif ini yang lebih cenderung melibatkan generasi-generasi muda terlena dan kurang beradab, serta miskin etika di lingkungan social kemasyarakatan. Harapannya, perkembangan teknologi ini akan menjadikan generasi pandai dalam proses belajar. Karena ketika kita disibukkan dengan tugas sekolah, kita dengan mudah mengakses berbagai situs ilmu pengetahuan di internet untuk dijadikan bahan  rujukan atau referensi buat tugas-tugas sekolah. Namun fakta menunjukan berbanding terbalik, minat baca yang diperoleh sangatlah minim, bahkan fakta minat baca Indonesia pada saat ini hanya 0,01 %. Berarti diantara 1000 orang hanya 1 orang yang mempunyai minat baca tinggi. Kita terlalu disibukkan dengan berbagai aktivitas medsos misalnya Facebook, twitter, bbm, WA chat, Instagram, Line dan lain-lain. Era digital, Jika tidak difungsikan dengan baik berupa medsos tersebut, maka itulah Yang menjadi faktor penghambat buat minat baca buku. Inilah yang kita namakan bencana cyber atau bencana tekhnologi. Kita lebih mementingkan membaca status facebook yang tidak jelas dan mengupload foto-foto selfi tak bermanfaat daripada membaca buku atau berita-berita penting. Naudzubillah!

Padahal, Badan Pusat Statistik (BPS) telah memprediksikan bahwa Indonesia akan mendapatkan Bonus Demografi dalam rentang tahun 2020-2030. Bonus demografi yaitu hadiah yang Tuhan berikan dengan jumlah angka produktif (usia 15-64 tahun) lebih tinggi dibandingkan dengan angka non produktif (0-14 tahun dan 65 tahun keatas). Dalam rentang tahun 2020-2030 menurut berbagai riset dan statistik, Indonesia akan mendapatkan keuntungan pertumbuhan usia produktif sebesar 70% dan non produktif hanya 30%. Kalau dihitung dari populasi perkembangan manusia angka produktif sangatlah tinggi.


Bonus demografi atau Peluang emas ini jika tidak difungsikan dengan baik, maka akan menimbulkan musibah Demografi. Itulah mengapa pemerintah Indonesia mempersiapkan banyak beasiswa yang diperuntukkan di sekolah-sekolah atau perguruan tinggi. Salah satu tujuannya yaitu meningkatkan SDM Indoensia yang berkualitas dalam menghadapi peluang bonus demografi di tahun 2020-2030 mendatang. Jika ini bisa termanfaatkan dengan baik, maka kita melihat negara kita akan running untuk sejajar dengan negara-negara maju, dalam sektor pendidikan dan SDM. Sangat disayangkan jika hari ini, kita tidak mempersiapkan diri untuk peluang bonus demografi. Belum lagi hari ini kita sedang diperhadapkan dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), yaitu dengan membentuk perdagangan bebas atau free trade antara negara-nerala lain. Jika kita tak mampu mengimbangi arus ini, maka kedepan kita akan melihat fakta yang sangat memilukan untuk bangsa Indonesia. Generasi Indonesia menjadi menjadi kuli di negeri sendiri, demikian kata Bapak Proklamator kita Bung Karno. Tetapi jika generasi mulai sekarang mempersiapkan dengan baik. Di masa mendatang,negara Indonesia akan menjadi negara yang patut diperhitungkan di kancah ASIA bahkan Indonesia akan tampil di panggung peradaban dunia.  Amiin.


Penulis: Jarman Al Kindy
(Siswa SMKN 2 Kendari)
(Sekretaris Bidang Pegembangan Anggota HIPMMOSRA)
(Sekretaris Bidang Informasi dan Komunikasi KOMPAS)