
Profesi
yang mulia bahkan mungkin yang paling termulia didunia adalah menjadi pengajar
kebaikan (lebih mudahnya sebut saja guru). Jika kita saksikan ada pejabat yang
sukses, ataupun insinyur, dokter, pengusaha besar bahkan pemimpin di negeri ini
tentunya tidak akan terlepas dari sentuhan ketulusan ilmu yang diberikan oleh
seorang guru. Karena itu ilmu yang diberikan oleh guru akan memberikan pengaruh
yang teramat besar dalam kehidupan manusia, menjadi bagian dari ibadah jariyah
yang senantiasa mengalir kebaikannya baik didunia maupun akhirat.
Bukankah berprofesi sebagai seorang guru adalah
profesi yang mulia.? Mengapa tidak. Ia selalu mengajrkan ilmunya dan menyebarluaskanya.
Walaupun dia telah tiada tetapi ilmu yang ia alirkan ke muridnya akan tersebar
luas. Sesuai dengan sabda rasulullah dalam hadistnya
“Diantara amal dan kebaikan yang
menyusul seseorang sesudah matinya adalah: ilmu yang diajarkan dan disebarluaskan,
….” (HR Ibnu
Majah, Baihaqi dan ibnu Khuzaimah).
Profesi
mulianya seorang guru adalah profesinya Nabi dan Rasul. Hakikat diutusnya para
nabi dan rasul Allah adalah untuk memberikan pengajaran kepada manusia, dengan
ilmu yang bersumber pada kitabullah, dan juga hikmah kehidupan dari teladan
yang dicontohkan dari sunnah-sunnah(kebiasaan). Keilmuan yang mereka sebarkan
adalah kabar gembira yang akan memberikan harapan dan optimisme, serta
peringatan untuk mengingatkan mereka senantiasa menjaga jalan kehidupan di
jalan yang lurus.
Konsep pengajaran guru sebagaimana yang dicontohkan
Rasulullah sebagai nabi akhirul zaman adalah tarbiyah (pendidikan) dan tazkiyah
(penyucian jiwa). Dengan munculnya ilmu pengetahuan, pendidikan akan membangun
cakrawala berfikir ilmiah dan bernalar, yang membangkitkan potensi intelektual
dan emosional. Di masa kejayaan dan keemasan peradaban islam telah membuktikan
hal itu, dengan pijakan keilmuan telah mengarahkan manusia untuk berfikir
kritis dan terukur pada obyek-obyek yang realistis, yang telah menggantikan
keyakinan-keyakinan klenik dan mistis ataupun filsafat-filsafat helinistik yang
mengambang. Kegemilangan keilmuan islam telah mampu memberikan sumbangsih besar
penemuan-penemuan mendasar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Munculnya Ibnu sina sebagai pakar kedokteran, Al
Khawarizmi sebagai penemu angka nol, Al Farabi yang dikenal sebagai ahli
filosof, Al Kindi sebagai ahli perbintangan, juga salahuddin Al Ayubi ahli
strategi perang, kesemua itu muncul karena adanya seorang guru yang mulia. Guru
yang tiap harinya memasukan cairan motivasi kedalam relung hati dan pikirannya.
Guru tak pernah lelah dalam membangun sebuah peradaban.
Ternyata mulianya seorang guru tidak hanya
dirasakan oleh kaum muslimin. Tetapi nonmuslim pula merasakannya. Ketika itu bom atom meluluh-lantakkan Hiroshima-Nagasaki pada awal Agustus 1945, apa yang
dilakukan seorang kaisar Jepang Hirohito. Beliau tidak menanyakan berapa para pengusaha
yang wafat, atau berapa para menteri Negara bahkan anggota DPR yang wafat
akibat jatuhnya bom itu. Kaisar
Jepang memerintahkan agar secepatnya mendata
para guru yang selamat. Ini menyiratkan bahwa pendidikan menjadi motor kebangkitan Jepang sebagai salah satu negara
super power dunia.
“Guru jauh lebih baik daripada dogma. Karena dia
seorang penuntun harapan sekaligus pendengar,”demikian kata sejarawan Edward Bulwer Lytton. Ungkapan hampir dua abad
silam itu memberi pesan bahwa guru mempunyai peran penting dalam pembentukan
karakter dan nasib kemajuan suatu bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar