BACKGROUND OF PESANTREN
RAMADHAN
Dinamika zaman selalu menyuguhkan
sajian hangat, membuat penasaran, kecanduan, dan tak sedikit pandangan tak
sedap jika tidak mengikuti arus berputarnya, terlebih bagi kaum “remaja” yang
notabene masih “labil” di tengah pencarian jati dirinya. Berbagai slogan pun
muncul di kalangan remaja, seperti “tidak gaul jika tidak mengikuti arus
(globalisasi)”, ataupun “tidak modern kalau gaptek” sayangnya mereka hanya
berpatokan pada bangsa lain (Barat), hingga budaya sendiri rela digadaikannya. Hal
ini pula terjadi di Desa Mosolo, Sinar Mas, da Sinaulu Jaya yang selalu mementingkan kehidupan duniawi daripada kepentingan ukhrawinya. Remaja MOSOLO (termasuk Sinar Mas dan Sinaulu Jaya)
hari ini telah berbeda dengan Remaja Mosolo di 20 tahun yang lalu. Pada 20
tahun yang lalu, ketika para pelajar ataupun mahasiswa yang hendak kembali ke
kampung halamannya mereka selalunya
membawa perubahan bagi daerahnya, mengharumkan nama daerahnya, dan mengamalkan
ilmu-ilmu yang didapatkannya dari tempatnya belajar. Ilmu tidak hanya
disandarkan pada kesombongan semata tetapi ilmu disandarkan kepada keimanan
yang kukuh sehingga mampu menghasilkan pelajar atau mahasiswa yang kian
meninggi ilmunya, kian menunduk pada orang yang lebih tua darinya (rakyat)
Dengan munculnya penemuan-penemuan
baru seperti TV, Handphone ataupun sejenisnya membuat remaja MOSOLO lupa akan
jati dirinya, lupa akan perannya sebagai generasi penerus MOSOLO yang akan
membawanya menuju ke perubahan, dan bahkan
lupa akan tujuannya diciptkan kedunia. Merupakan sesuatu yang seharusnya
menjadi aktivitas yang paling diutamakan, kini dinomorduakan. Hal ini
sebagaimana dilukiskan allah SWT dalam firmannya yang artinya:
“Dan tidaklah aku ciptakan jin dan
manusia kecuali untuk beribadah kepadaku. (Q.S. Az-Zariyat:56)”.
Munculnya beberapa penemuan baru
itulah yang mengakibatkannya sang generasi Mosolo mengalami kemunduran dari
zaman ke zaman. Padahal, hari ini Mosolo adalah salah satu daerah dipulau
Wawonii yang mengalami kemajuan paling besar di dunia pendidikan. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya pelajar dan Mahasiswa Mosolo yang dikirim keluar
pulau Wawonii menuju ke Kota Kendari atau Kota Bau-Bau untuk melanjutkan
jenjang pendidikannya. Bahkan tidak sedikit mahasiswa Mosolo yang melanjutkan
perkuliahannya di luar daerah Sulawesi Tenggara seperti di Ternate, Makasar,
bahkan ke Pulau Jawa yang notabenenya adalah Pulau yang konon katanya
pendidikannya dianggap lebih berkompeten
daripada Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, dan daerah-daerah timur lainnya.
Oleh karena itulah kami sebagai
siswa yang paling besar, paling tua, atau dikenal dengan nama MAHA siswa
berusaha untuk mengubah pola pikir para remaja Mosolo yang saat ini telah
dilenakan oleh kemajuan zaman yang makin men”Teknologi” dan berusaha untuk
mematikan dan bahkan memusnahkan peradaban islam sebagai peradaban terbesar
didunia. Hal ini ditandai dengan kemajuan islam yang mampu menguasai 2/3 dunia
dan munculnya beberapa cendkiawan muslim seperti Ibnu Sina dengan kedokterannya,
Al Khwarimi dengan Matematikanya, dan Al battani dengan astronominya, dan masih
banyak lagi cendekiawan-cendekiawan muslim lainnya. Maka kami melakukan
pertemuan dengan seluruh pelajar dan mahasiswa yang tergabung di HIPMOSSJA
(Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Mosolo dan Sinaulu jaya) untuk memikirkn
terkait dengan permasalahan ini. Sehingga disimpulkan akan diadakannya
PESANTREN RAMADHAN, sebuah kegiatan yang akan memberikan pemahaman kepada sang
generasi pelanjut terhadap sikapnya yang telah terlena dengan kemajuan zaman
yang dihasilkan oleh pemikiran-pemikiran kaum Kapitalis Sekulerisme, sebuah
paham yang memisahkan antara agama dan kehidupan, dan insya
allah akan menjadikan Mosolo sebagai center of the exemplary Wawonii, pusat keteladanan wawonii.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar