DARI MANA, NGAPAIN, DAN MAU KEMANA?
1. DARI
MANA?
Manusia adalah
makhluk yang asalnya berasal dari allah SWT, sama dengan makhluk-makhluk
lainnya yang juga diciptakan oleh allah dengan tujuan-tujuan tertentu. Manusia
merupakan salah satu makhluk Tuhan yang diciptakan dari tanah, berbeda dengan
mahkluk ciptaan lainnya seperti malaikat yang diciptakan dari Nur, dan Jin
diciptakan dari api. Dan manusia pertama yang diciptakannya itu adalah Adam.
Setelah Allah
s.w.t.menciptakan bumi dengan gunung-gunungnya,laut-lautannya dan
tumbuh-tumbuhannya, menciptakan langit dengan mataharinya, bulan dan
bintang-bintangnya yang bergemerlapan menciptakan malaikat-malaikatnya ialah
sejenis makhluk halus yang diciptakan untuk beribadah menjadi perantara antara
Zat Yang Maha Kuasa dengan hamba-hamba terutama para rasul dan nabinya maka
tibalah kehendak Allah s.w.t. untuk menciptakan sejenis makhluk lain yang akan
menghuni dan mengisi bumi memeliharanya menikmati tumbuh-tumbuhannya,mengelola
kekayaan yang terpendam di dalamnya dan berkembang biak turun-temurun
waris-mewarisi sepanjang masa yang telah ditakdirkan baginya.
a. Kekhawatiran para Malaikat
Para
malaikat ketika diberitahukan oleh Allah s.w.t. akan kehendak-Nya menciptakan
makhluk lain itu yang dinamakan manusia yang nantinya akan dijadikan sebagai
khalifah dimuka bumi ,mereka khuatir ketika allah menciptakan mahkluk tersebut,
mereka akan melakukan kerusakan dimuka
bumi. Hal ini terlukiskan dalam firman
allah dalam surah Al-Baqarah :30, yang terjemahannya sebgai berikut.
“Dan (ingatlah) tatkala
Tuhan engkau berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di
bumi seorang khalifah. Berkata mereka : Apakah Engkau hendak menjadikan padanya
orang yang merusak di dalam nya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih
dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia berkata : Sesungguhnya Aku
lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
b. Iblis membangkang
Iblis membangkang dan enggan
mematuhi perintah Allah seperti para malaikat yang lain, yang segera bersujud
di hadapan Adam sebagai penghormatan bagi makhluk Allah yang akan diberi amanat
menguasai bumi dengan segala apa yang hidup dan tumbuh di atasnya serta yang
terpendam di dalamnya. Iblis merasa dirinya lebih mulia,lebih utama dan
lebih agung dari Adam, karena ia diciptakan dari unsur api, sedang Adam dari
tanah dan lumpur.Kebanggaannya dengan asal usulnya menjadikan ia sombong dan
merasa rendah untuk bersujud menghormati Adam seperti para malaikat yang lain,
walaupun diperintah oleh Allah.Tuhan bertanya kepada Iblis:"Apakah yang mencegahmu sujud menghormati sesuatu yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku?"
Iblis menjawab:"Aku adalah lebih mulia dan lebih unggul dari dia.Engkau ciptakan aku dari api dan menciptakannya dari lumpur."
Karena kesombongan, kecongkakan dan pembangkangannya melakukan sujud yang diperintahkan, maka Allah menghukum Iblis dengan mengusir dari syurga dan mengeluarkannya dari barisan malaikat dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pada dirinya hingga hari kiamat.Di samping itu ia dinyatakan sebagai penghuni neraka.
Iblis dengan sombongnya menerima dengan baik hukuman Tuhan itu dan ia hanya mohon agar kepadanya diberi kesempatan untuk hidup kekal hingga hari kebangkitan kembali di hari kiamat. Allah meluluskan permohonannya dan ditangguhkanlah ia sampai hari kebangkitan,tidak berterima kasih dan bersyukur atas pemberian jaminan itu, bahkan sebaliknya ia mengancam akan menyesatkan Adam, sebagai sebab terusirnya dia dari syurga dan dikeluarkannya dari barisan malaikat, dan akan mendatangi anak-anak keturunannya dari segala sudut untuk memujuk mereka meninggalkan jalan yang lurus dan bersamanya menempuh jalan yang sesat, mengajak mereka melakukan maksiat dan hal-hal yang terlarang,menggoda mereka supaya melalaikan perintah-perintah agama dan mempengaruhi mereka agar tidak bersyukur dan beramal soleh.
Kemudian Allah berfirman kepada Iblis yang terkutuk itu:
"Pergilah engkau bersama pengikut-pengikutmu yang semuanya akan menjadi isi neraka Jahanam dan bahan bakar neraka. Engkau tidak akan berdaya menyesatkan hamba-hamba-Ku yang telah beriman kepada Ku dengan sepenuh”.
c. Dikeluarkannya Adam dari syurga
Buat Adam diberi Allah tempat di dalam
Syurga. Makanan dan minuman tersedia serba cukup. Begitu juga apa saja yang ia
inginkan. Tetapi sayang, Adam tinggal di Syurga itu seorang diri, sebatang
kara. Tempat yang sebagaimana bagusnya, makanan dan minuman yang bagaimana juga
lazatnya tidaklah memberikan kepuasan dan kebahagiaan yang sempurna. Manusia
memerlukan teman, sekalipun hanya seorang, dengan siapa dia dapat mengemukakan
suka dan dukanya, atau kasih dan sayangnya. Teman inilah yang tak dipunyai oleh
Adam, sekalipun dia sudah mempunyai Syurga dengan segala kesenangannya. Sebab
itu hidupnya selalu dalam kesepian.
Allah tahu akan penderitaan yang berupa kesepian yang di derita oleh Adam di dalam Syurga itu. Dan Allah kasihan melihatnya. Oleh karena itu Allah akan menciptakan makhluk baru yang sama dengan Adam, tetapi jenis wanita, untuk menyempurnakan segala kekurangan dan kesepian dalam hidup Adam, untuk menjadi isterinya.
Allah tahu akan penderitaan yang berupa kesepian yang di derita oleh Adam di dalam Syurga itu. Dan Allah kasihan melihatnya. Oleh karena itu Allah akan menciptakan makhluk baru yang sama dengan Adam, tetapi jenis wanita, untuk menyempurnakan segala kekurangan dan kesepian dalam hidup Adam, untuk menjadi isterinya.
Allah lalu
berfirman kepada Adam: "Hai, Adam! Tinggallah engkau dengan isterimu di
dalam Syurga ini. Makan dan minumlah sepuas puasnya. Tetapi awas, janganlah
engkau berdua memakan buah dari pohon ini. Bila engkau berdua memakannya,
bererti engkau berdua melanggar perintahKu, dan engkau berdua akan mengalami
kerugian besar, dan bererti aniaya terhadap dirimu sendiri."
Iblis dengan berberbagai caranya
menggoda Adam dan hawa agar dikelurakannya dari syurga dengan memakan buah yang
dilarang oleh allah (khuldi), cara demi cara, waktu demi waktu, akhirnya iblis
berhasil membuat Adam memakan buah tersebut, sehingga menjadikan Allah marah
pada Adam dan dikeluarkannya ke Syurga dan dibuangnya ke Bumi.
2. NGAPAIN?
Sesungguhnya persoalan tujuan hidup manusia
bukanlah wewenang akal unutk merumuskannya. Oleh karena itu manusia sangat
memerlukan jawaban yang bersumber pada sang khaliq sebagai penciptanya, yang
maha tahu segalanya. Allah maka Kasih Sayang kepada segenap hamba-Nya dengan
memberikan informasi yang diperlukan manusia yaitu berupa wahyu melalui
perantara para utusan-Nya.
Melalui rasulullah informasi atau wahyu itu
telah terhimpun dalam mushaf al-qur’an.
Tujuan hidup manusia seperti yang diinformasikan melalui ayat-ayat al-qur’an antara lain sebagai berikut.
·
Surat
Al-mu’minun ayat 115
“maka
apakah kamu menyangka bahwa sesungguhnya kami menciptkana kamu dengan main-main
dan sesunggunya kamu tidak akan dikembalikan kepada kami”
·
Surat
Al-Qiyamah ayat 36
“apakah
manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja”
Dari dua ayat diatas dijelaskan bahwa
kehadiran manusia di bumi tentu mempunyai tujuan hidup yang demikian jelas
tidak berakhir begitu saja dengan adanya peristiwa kematian.
Respon manusia seharusnya terhadap kandungan
ayat diatas adalah berupaya dan berjuang dalam kehidupannya untuk meraih tujuan
penciptaan. Kematian bukan akhir segalanya tetapi awal kehidupan yang amat
panjang yang mempunyai kaiatan dengan kehidupan sebelumnya, yaitu masa ketika
manusia hidup di dunia untuk dipertanggungjawabkan seluruh amal perbuatannya.
Al-qura’an menjelaskan bahwa kehadiran
dankeberadaan kita didunia mempunyai tujuan yang pasti, yaitu mengabdikan diri
atau beribadah kepada Allah semata, sebagaimana dilukiskan dalam firmannya:
“Dan
tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”
Dengan demikian beribadah kepada Allah SWT
yang menciptkan manusia ini merupakan manifestasi dari iman dan rasa syukur
kita kepada-Nya atas berbagai macam
karunia yang telah dilimpahkan-Nya.
Sikap beragama yang benar tidaklah cukup pada
statemen pemeluknya yang merasa cukup menyatakan bahwa yang bersangkutan
mengaku Bergama tertentu tanpa diikuti dengan sikap penghambaan diri kepada
Dzat yang disembah menurut agama yang dipeluknya, melainkan harus diwujudkan
dalam pengabdian, penhambaan dan beribadah kepada-Nya.
Pengertian penghambaan kepada Allah tidak
diartikan secara sempit dengan hanya membayangkan aspek ritual saja.
Penyembahan berarti ketundukan manusia kepada hokum-hukum Allah dalam menjalankan
kehidupan dimuka bumi ini, baik yang menyangkut hubungan vertical (manusia
dengan Tuhan-Nya), maupun hubungan horizontal (manusia dengan seamanya).
3. MAU
KEMANA?
Manusia
tak selamanya akan hidup, semua mahluk yang bernyawa di muka bumi ini akan merasakan
kematian. Mati itu tidak dapat kita tentukan sendiri jadwalnya tetapi itu
adalah ketentuan Allah SWT. Mati juga tak memilih apakah dia orang kaya, orang
miskin, pejabat ataupun buruh selalu akan mendatanginya. Setelah malaikat
Izrail datang menjemput, maka tibalah saatnya Sakratul Maut, yang kemudian
wafat.
Setelah
manusia wafat, maka manusia akan memasuki alam barzah (Alam Penantian) untuk
menunggu manusia-manusia yang lain dari umat Adam sampai umat Muhammad. Dalam
kitab Tasawuf Muraqi ‘Ubudiyah dijelaskan
bahwa setiap orang yang sudah mati akan ditemani oleh amal perbuatannya di alam
kubur, sebab amalan orang yang telah meninggal akan dirubah wujud oleh allah
kepada satu bentuk, jika amalan orang itu seumur hidupnya banyak melakukan
kebaikan, maka wujud amalan itu akan dibentuk dengan wujud yang sangat bagus
sekali, begitupun sebaliknya.
Setelah
malaikat Israfil meniup sangkakalanya maka manusia yang telah mati tersebut
akan terbangun semua dan mereka akan sama-sama akan menulusuri padang masyhar menuju
kehadapan allah SWT untuk menjalani siding atatu putusan akhir dari sang
Khaliq, dimana manusia yang taat akan mendapatkan tempat yang layak yaitu Surga
dan bagi manusia yang selalu berbuat maksiat akan mendapat balasan yang setimpal yaitu Neraka. Nauzubillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar