Krisis kepemimpinan di Indonesia
sekarang telah merata, tidak hanya menyangkut lembaga kepresidenan, tetapi nyaris
menyentuh hampir semua lembaga negara, bahkan juga lembaga-lembaga masyarakat
yang relatif otonom terhadap Negara. Indikasinya, kita kesulitan menemukan
sosok pemimpin yang berkarakter ideal yaitu efektif, dapat dipercaya, dan bisa
menjadi sosok yang patut diteladani. Hingga saat ini, belum terlihat
kepemimpinan di Indonesia yang mampu untuk menyelesaikan permasalahan yang ada
di Indonesia dari beragam krisis yang ada, mulai dari krisis ekonomi, krisis
politik, krisis sosial, krisis budaya hingga ke krisis agama. Akhir-akhir ini,
Indonesia dihebohkan oleh dua pemimpin yang tak bermoral dan tidak patut untuk
diteladani. Pertama berita tentang Kasus Bupati Garut, Aceng Fikri (40) yang telah menikah siri dengan gadis bernama Fany Octora (18).
Parahnya, pernikahan yang terjadi pada 14-17 Juli 2012 itu hanya bertahan
selama empat hari karena Aceng menceraikan Fany melalui pesan singkat yang beralasankan
karena Fany sudah tidak perawan lagi dan memiliki masalah dengan bau mulut. Dan
kedua adalah terkait Kasus Suap Impor Sapi oleh mantan Presiden PKS Luthfi
Hasan Ishaaq yang ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK terkait kasus suap
daging impor sapi. Apa hal inikah yang patut dilakukan oleh seorang pemimpin
yang notabene sebagai teladan untuk rakyatnya dengan menikahi gadis, lalu
menceraikannya dengan alasan tidak logis. Ataukah pemimpin yang terkait kasus
suap daging yang ternyata dari partai berlabelkan islam (PKS).
Posisi pemimpin atau jabatan publik
kerap diincar oleh para calon pemimpin yang dalam kampanyenya selalu
mengeluarkan janji bohong untuk menyejahterkan rakyatnya. Hal ini mereka
jadikan sebagai batu loncatan untuk kaya
dan berkuasa. Walhasil, lembaga publik yang potensial itu dijadikan sebagai
lahan korupsi yang diperebutkan banyak orang. Bahkan yang lebih ironis lagi ada
pemimpin lembaga pemantau korupsi yang justru korup, ada pemimpin lembaga
penyedia pangan yang justru menyelinepkan makanan rakyat, ada pemimpin agama
yang justru menginjak-injak nilai-nilai luhur agama, ada pejabat kepolisian
yang justru ditangkap lantaran korup dan sebagainya. Sosok pemimpin amanah dan
sederhana seperti Jenderal Sudirman, Bung Karno, Bung Hatta, Syahrir, Natsir,
menjadi makhluk yang amat langka di negeri kita sekarang ini.
Islam adalah agama yang
diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikat jibril
untuk mengatur hubungan manusia dengan khaliqnya (terkait perakara akidah dan
ibadah), manusia dengan dirinya sendiri (terkait perkara akhlak, makanan, dan
pakaian), dan mengatur manusia dengan sesamanya (terkait perkara muamalah).
Denga demikian islam merupakan peraturan hidup yang mengatur seluruh aspek
kehidupan, dari aspek ekonomi, social, budaya, politik, pendidikan,
pemerintahan, hingga ke aspek hukum.
Salah satu faktor penyebab
utama krisisnya kepemimpinan nasional yaitu tidak diterapkannya peraturan islam
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga hal ini memicu munculnya
pemimpin yang tidak bernafaskan islam, pemimpin yang tidak melandaskan
al-qur’an dan as-sunah sebagai pedoman kepemimpinannya, dan pemimpin yang
memisahkan antara agama dan kehiduan (Idologi kapitalisme).
Untuk melahirkan kembali
para pemimpin amanah yang diridhoi Allah Swt, maka perlunya pendidikan karakter
yang berasaskan islam sehingga akan memunculkan generasi khaira ummah seperti
digambarkan dalam surah ali imran ayat 110 yaitu suatu generasi terbaik yang
melaksanakan pada yang makruf dan mencegah pada yang mungkar dan beriman kepada
Allah. Suatu generasi yang nantinya diharapkan mampu menjadi pemimpin yang
amanah dengan meneladani sifat kepemimpinan Rasulullah.
Menurut Prof. Laode M.
Kamaluddin dan A. Mujib El Shirazy bahwa terdapat lima rumus dahsyat untuk
menjadi umat terbaik (khaira ummah) yaitu pertama, agar menjadi yang
terbaik maka perlunya untuk meneladani
umat terbaik pula. Kedua,membangun umat terbaik dengan bermodal iman dan takwa
kepada Allah tanpa tawar. Ketiga, mengutamakan ilmu sebelum amal. Keempat,
menjadi umat terbaik dengan amal dan karya. Kelima membangun umat terbaikdengan
berjamaah.
Dengan demikian, untuk
menghadirkan pemimpin ideal nan amanah di tengah krisisnya kepemimimpinan
nasional maka sangat perlunya dibangun sistem pendidikan yang berkarakterkan
islam ( sistem pendidikan Rasulullah) yang memiliki tujuan untuk melahirkan
insan berjiwa takwa dan insan yang sanggup bekerja sebagai khalifah (pemimpin).
Bukan insan yang mampu mementingkan pribadinya, mengesampingkan rakyatnya, dan
bukan pula insan yang tidak pernah peduli terhadap rakyatnya yang tengah
tertimpa musibah.
Akhir-akhir ini, mulai
bermunculan tokoh nasional yang berusaha untuk menarik simpati rakyatnya,
memperbaiki citra partainya. Namun ada pula tokoh atau pemimpin yang dengan
ikhlasnya peduli akan nasib rakyatnya. Hal ini diperlihatkan oleh pasangan Gubernur DKI Jakarta periode
2012-2017, Jokowi-Ahok. Sehingga tak heran bila Andrinov Chaniago, seorang
pengamat kebijakan public, mengatakan “cara kerja Jokowi (perlu) kita
rekonstrusi (dan) akan menghasilkan sebuah model pemerintahan yang bisa
dicontoh oleh daerah-daerah lain, bahkan oleh Negara-negara lain.” Beberapa
sikap Jokowi yang memiliki kemiripan dengan sikap Rasululah yaitu beliau selalu
bersama rakyatnya dan merasakan penderitaan rakyatnya. Selain itu, beliau juga tidak hanya memberi arahan atau membimbing dari balik
meja, namun juga terjun langsung ke lapangan.
Terlalu naïf apabila mengatakan Jokowi sesempurna Rasulullah, namun
masyarakat sangat merindukan sosok pemimpin rendah hati yang dapat meluangkan
waktunya hanya sekedar untuk bertemu, menyapa dan bercengkarama dengan
rakyatnya. Kita semua tentunya berharap Jokowi tetap menjaga sikap dan gaya
kepemimpinannya itu, meskipun banyak cibiran datang, namun Jokowi bisa meniru
sikap Rasulullah yang tetap mencintai siapapun baik yang membencinya maupun
yang mendukungnya, tanpa bermaksud mengandung muatan unsur politis, semoga banyak
bermunculan Jokowi Jokowi lain di negeri ini yang berkaca pada gaya
kepemimpinan Rasulullah Muhammad SAW sehingga mampu menjadi pemimpin yang
dicintai rakyatnya.
#tulisan ini adalah isi dari pengajuan makalah sebagai syarat mengikuti LK II HMI Cabang Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar